Mohon tunggu...
Lokawarta STAI Muttaqien
Lokawarta STAI Muttaqien Mohon Tunggu... Mahasiswa - Lembaga Pers Mahasiswa

Lembaga Pers Mahasiswa atau biasa disebut LPM, merupakan organisasi kemahasiswaan yang bergerak di bidang jurnalistik. Adapun nama dari LPM ini yaitu Lokawarta dan bermarkas di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) DR. KH. EZ. Muttaqien, Purwakarta.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tiga Kritikan terhadap Pendidikan Menurut Paulo Freire

10 Juni 2023   20:15 Diperbarui: 10 Juni 2023   20:18 1118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Mochamad Aripin (Mahasiswa Pascasarjana STAI DR. KH. EZ. Muttaqien)

"Education does not change the world education changes people. people changes the world."
(Pendidikan tidak mengubah dunia pendidikan mengubah orang. Orang mengubah dunia)
- Paulo Freire

Sebelum saya menjelaskan tiga Kritikan terhadap Pendidikan menurut Paulo Freire, saya ingin mengajak pembaca mengenal terlebih dahulu sosok dari Paulo Freire.

Paulo Freire merupakan sosok pemikir dalam bidang pendidikan. Seorang pria kelahiran Recife, Fernambuco Brasil lahir pada 19 September tahun 1921 dan meninggal pada 2 Mei 1997.

Tepat pada tahun 1986 Paulo Freire mendapatkan hadiah Nobel untuk "Perdamaian dan Pendidikan" dari UNESCO. Hadiah Nobel ini bukan tanpa alasan, gagasan dan argumentasi Paulo Freire yang di kampanyekan dari dulu sampai sekarang masih relevan berbunyi "Pendidikan adalah kebebasan, Saya seorang pendidik yang berpikir secara global". Saya coba kutip kalimat dari "Pendidikan adalah kebebasan". Apakah terminologi kebebasan ini tanpa ada syarat dan ketentuan yang khusus ?ketika kebebasan tanpa ada syarat dan ketentuan yang khusus apakah akan berdampak secara negatif atau positif ?.

Kebebasan merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan, kebebasan berkehendak merupakan konsep umum secara alami yang dimiliki oleh manusia. Ketika konsep alami telah dimiliki oleh manusia, maka pendidikan hadir untuk mengelaborasi apa-apa yang ada dalam konsep pendidikan dan kebebasan tidak bertolak belakang, akan tetapi menjadi satu kesatuan yang saling terhubung. Pendidikan adalah kebebasan, merupakan konsepsi yang mengekspresikan dan mengeksplorasi kemampuan manusia dalam dunia pendidikan. Pendidikan adalah kebebasan, tentu saja bila diberi label "haram hukumnya" menjadikan pendidikan dalam institusi pendidikan menjadi alat eksploitasi terhadap manusia.

Artinya, pendidikan merupakan konsensus bersama antara pendidik dan peserta didik yang ada dalam satu ruangan dalam dunia belajar-mengajar.

Adapun tiga Kritikan terhadap Pendidikan Menurut Paulo Freire terdiri dari:

Pertama, School Model. Sistem pendidikan yang dipraktikkan disekolah yang secara tidak sadar sedang mempersiapkan siswa menjadi seorang pekerja. Kegiatan pembelajaran yang dipraktikkan di sekolah ternyata terfokus untuk melatih anak didik untuk bisa bekerja. Hal ini tentu sesuatu yang penting, tetapi menurut Freire hal tersebut kurang mendasar karena pendidikan hanya akan menjadi pusat-pusat pelatihan dan akhirnya tidak ada bedanya dengan pelatihan-pelatihan untuk bekerja.

Orientasi kerja yang dimaksud adalah sejauh mana pasar membutuhkan maka seperti itulah peserta didik dicetak. Pendidikan kemudian diarahkan Haltersebut bagi Freire bukan tujuan dari praktik pendidikan di sekolah.  Karena jika pendidikan tergantung pada pasar maka fungsi pendidikan untuk meningkatkan kualitas manusia dan fungsi untuk perbaikan hidup melalui pendidikan tidak akan tercapai. Bahkan, akan menciptakan strata sosial antara yang kuat dan yang lemah.  Maka, selamanya yang kuat akan semakin kuat, yang lemah tetap akan semakin lemah meski keduanya mengenyam dan memperoleh pendidikan secara formal.

Orientasi pada dunia kerja ini bisa di ibaratkan seperti seorang TKI/TKW yang di didik dan dipersiapkan oleh satu lembaga agar sesuai dengan kompetensi dan kualifikasi kerjaan yang dibutuhkan oleh perusahaan di luar negeri.

Kedua, Kolonialisme Pendidikan. Pada masa perjuangan hingga awal kemerdekaan, banyak lembaga pendidikan di Indonesia yang merupakan warisan kolonial. Hampir dapat dikatakan bahwa pola pendidikan di Indonesia saat ini secara umum merupakan warisan kolonial. Harus diakui bahwa model pendidikan ala belanda pada masa penjajahan hingga awal kemerdekaan masih membekas pada corak berpikir pendidikan di Indonesia. Seperti contoh ketika di Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Bahkan sampai tingkat Perguruan Tinggi. Peserta didik oleh seorang Pendidik selalu ditanyakan akan sebuah cita-cita atau setelah selesai mengenyam pendidikan secara formal mau jadi apa ?ketika adanya sebuah pertanyaan tersebut, mau tidak mau suka tidak suka kita di arahkan untuk menjadi seseorang oleh sebuah pertanyaan yang diberikan oleh seorang pendidik. Bayangkan kalau si murid tidak mempunyai keinginan, tujuan atau harapan jadi seorang guru, tapi dengan adanya pertanyaan tersebut si murid di paksa untuk menjawab dan melakukan aktifitas serta menjadi profesi sebagai guru. Maka, akan terjadi ketidaknyamanan atau akan terjadinya disorientasi dari apa yang sedang di kerjakannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun