Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Tiga Kritikan terhadap Pendidikan Menurut Paulo Freire

10 Juni 2023   20:15 Diperbarui: 10 Juni 2023   20:18 1364 0
"Education does not change the world education changes people. people changes the world."
(Pendidikan tidak mengubah dunia pendidikan mengubah orang. Orang mengubah dunia)
- Paulo Freire


Sebelum saya menjelaskan tiga Kritikan terhadap Pendidikan menurut Paulo Freire, saya ingin mengajak pembaca mengenal terlebih dahulu sosok dari Paulo Freire.

Paulo Freire merupakan sosok pemikir dalam bidang pendidikan. Seorang pria kelahiran Recife, Fernambuco Brasil lahir pada 19 September tahun 1921 dan meninggal pada 2 Mei 1997.

Tepat pada tahun 1986 Paulo Freire mendapatkan hadiah Nobel untuk "Perdamaian dan Pendidikan" dari UNESCO. Hadiah Nobel ini bukan tanpa alasan, gagasan dan argumentasi Paulo Freire yang di kampanyekan dari dulu sampai sekarang masih relevan berbunyi "Pendidikan adalah kebebasan, Saya seorang pendidik yang berpikir secara global". Saya coba kutip kalimat dari "Pendidikan adalah kebebasan". Apakah terminologi kebebasan ini tanpa ada syarat dan ketentuan yang khusus ?ketika kebebasan tanpa ada syarat dan ketentuan yang khusus apakah akan berdampak secara negatif atau positif ?.

Kebebasan merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan, kebebasan berkehendak merupakan konsep umum secara alami yang dimiliki oleh manusia. Ketika konsep alami telah dimiliki oleh manusia, maka pendidikan hadir untuk mengelaborasi apa-apa yang ada dalam konsep pendidikan dan kebebasan tidak bertolak belakang, akan tetapi menjadi satu kesatuan yang saling terhubung. Pendidikan adalah kebebasan, merupakan konsepsi yang mengekspresikan dan mengeksplorasi kemampuan manusia dalam dunia pendidikan. Pendidikan adalah kebebasan, tentu saja bila diberi label "haram hukumnya" menjadikan pendidikan dalam institusi pendidikan menjadi alat eksploitasi terhadap manusia.

Artinya, pendidikan merupakan konsensus bersama antara pendidik dan peserta didik yang ada dalam satu ruangan dalam dunia belajar-mengajar.

Adapun tiga Kritikan terhadap Pendidikan Menurut Paulo Freire terdiri dari:

Pertama, School Model. Sistem pendidikan yang dipraktikkan disekolah yang secara tidak sadar sedang mempersiapkan siswa menjadi seorang pekerja. Kegiatan pembelajaran yang dipraktikkan di sekolah ternyata terfokus untuk melatih anak didik untuk bisa bekerja. Hal ini tentu sesuatu yang penting, tetapi menurut Freire hal tersebut kurang mendasar karena pendidikan hanya akan menjadi pusat-pusat pelatihan dan akhirnya tidak ada bedanya dengan pelatihan-pelatihan untuk bekerja.

Orientasi kerja yang dimaksud adalah sejauh mana pasar membutuhkan maka seperti itulah peserta didik dicetak. Pendidikan kemudian diarahkan Haltersebut bagi Freire bukan tujuan dari praktik pendidikan di sekolah.  Karena jika pendidikan tergantung pada pasar maka fungsi pendidikan untuk meningkatkan kualitas manusia dan fungsi untuk perbaikan hidup melalui pendidikan tidak akan tercapai. Bahkan, akan menciptakan strata sosial antara yang kuat dan yang lemah.  Maka, selamanya yang kuat akan semakin kuat, yang lemah tetap akan semakin lemah meski keduanya mengenyam dan memperoleh pendidikan secara formal.

Orientasi pada dunia kerja ini bisa di ibaratkan seperti seorang TKI/TKW yang di didik dan dipersiapkan oleh satu lembaga agar sesuai dengan kompetensi dan kualifikasi kerjaan yang dibutuhkan oleh perusahaan di luar negeri.

Kedua, Kolonialisme Pendidikan. Pada masa perjuangan hingga awal kemerdekaan, banyak lembaga pendidikan di Indonesia yang merupakan warisan kolonial. Hampir dapat dikatakan bahwa pola pendidikan di Indonesia saat ini secara umum merupakan warisan kolonial. Harus diakui bahwa model pendidikan ala belanda pada masa penjajahan hingga awal kemerdekaan masih membekas pada corak berpikir pendidikan di Indonesia. Seperti contoh ketika di Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Bahkan sampai tingkat Perguruan Tinggi. Peserta didik oleh seorang Pendidik selalu ditanyakan akan sebuah cita-cita atau setelah selesai mengenyam pendidikan secara formal mau jadi apa ?ketika adanya sebuah pertanyaan tersebut, mau tidak mau suka tidak suka kita di arahkan untuk menjadi seseorang oleh sebuah pertanyaan yang diberikan oleh seorang pendidik. Bayangkan kalau si murid tidak mempunyai keinginan, tujuan atau harapan jadi seorang guru, tapi dengan adanya pertanyaan tersebut si murid di paksa untuk menjawab dan melakukan aktifitas serta menjadi profesi sebagai guru. Maka, akan terjadi ketidaknyamanan atau akan terjadinya disorientasi dari apa yang sedang di kerjakannya.

Ini merupakan satu kritikan yang keras dari seorang Paulo Freire yang mana pendidikan itu bukan untuk menghasilkan produk-produk SDM untuk bekerja, akan tetapi pendidikan itu harus dan bisa menghasilkan sebuah konsep memanusiakan manusia agar satu sama lain saling menghargai apa yang dinamakan dengan Hak dan Kewajiban dalam dunia pendidikan maupun kehidupan.

Kebebasan dari Manusia jangan sampai di jeruji oleh konsep akan satu jurusan ilmu yang dia kenyam. Seorang peserta didik yang berkuliah di jurusan pendidikan agama Islam tidak bisa kita simpulkan secara sederhana bahwa ke depan akan menjadi seorang guru yang mengampu materi pelajaran Agama Islam. Contohnya Paulo Freire yang mempunyai background keilmuan dari jurusan Ilmu Hukum, tapi dia bisa menjadi salah satu tokoh pendidikan bahkan mempunyai penghargaan internasional dari buah pikirannya tentang pendidikan yang ada di dunia. Artinya, kapasitas ilmu dan pikiran konsep manusia tidak melulu linier sesuai dengan apa yang dia dapatkan dari dunia pendidikan secara formal.

Selanjutnya, kolonialisme Pendidikan ini selalu mengarahkan peserta didik agar dapat mengikuti apa yang diinginkan oleh pendidik. Misalnya : ketika dosen mengatakan tolong kerjakan tugas jurnal ini dengan format A-Z, lalu si peserta didik mengikuti apa yang di arahkan oleh dosen tersebut. Sehingga, kontruksi bangunan tugas tersebut benar dan baiknya sesuai dengan arahan dari pihak dosen.

Atau ketika pihak dosen mengatakan untuk tugas makalah ini saya bebaskan kepada para mahasiswa dalam mengerjakannya. Namun, dikarenakan mahasiswa terbiasa dengan sebuah arahan, lalu mahasiswa tersebut bertanya "makalah ada batas minimal halamannya ga pak/Bu? fontnya berapa? Dan lain-lain". Padahal pihak dosen telah membebaskan kepada mahasiswa mau mengerjakannya satu halaman, dua halaman itu terserah dari mahasiswanya.

Sistem kolonialisme pendidikan ini akan menghambat bahkan mematikan daya kreativitas peserta didik dan tujuan pendidikan menjadi sangat sempit karena hanya sebatas agar dapat bekerja. Padahal esensi pendidikan adalah untuk pembebasan, untuk penyadaran. Dengan kesadaran itu, peserta didik dapat bebas berpikir dan berkreativitas sesuai dengan kondisi dan kemampuannya masing-masing.

Ketiga, Banking Education. Model pendidikan seperti ini dalam cermatan Freire dipraktikkan seperti kegiatan menabung. Siswa diposisikan sebagai tempat menabung dan guru adalah penabungnya. Dalam praktik pembelajaran, pendidikan gaya bank akan membentuk suatu kegiatan belajar mengajar layaknya proses mengisi tabungan dimana guru atau pendidik menyampaikan pernyataan-pernyataan yang terus diterima dan dihafal oleh peserta didik dengan patuh dan menafikan proses interaksi sama sekali.

Menurut Freire, Guru pada dasarnya adalah seorang seniman, tapi bukan seniman pahat yang membentuk sosok muridnya. Guru yang sejati adalah orang yang memungkinkan muridnya jadi sesuatu sesuai dengan yang mereka inginkan. Oleh karena itu, apa yang dilakukan seorang guru dalam mengajar adalah membuat kemungkinan agar murid-murid menjadi dirinya sendiri, agar potensi yang dimiliki murid dapat bangkit dan keluar.

Adapun contoh dari banking education atau pendidikan gaya bank misalnya : metode ceramah yang mana seorang guru adalah subjek dalam proses belajar, murid adalah objeknya. Guru bercerita, murid patuh mendengarkan.
 



 Mochamad Aripin
 (Founder Majelis Insan Cita, Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Agama Islam STAI DR. KH. EZ. Muttaqien)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun