Mohon tunggu...
Halin_Juang
Halin_Juang Mohon Tunggu... Pembelajar

MNAE

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sub Suku Banjar Pahuluan: Banjar Alai, Memaknai "Alai" Dari Berbagai Pendekatan

11 Juni 2025   15:38 Diperbarui: 27 Agustus 2025   16:45 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

3. Alai sebagai identitas budaya

Sebagai wujud dari rasa, cipta dan karsa, masyarakat yang berada di tanah Alai telah membentuk identitas budaya khas yang mempunyai keunikan sehingga dikenal sebagai entitas tersendiri dalam tatanan suku/masyarakat Banjar secara umum.

Dalam perbincangan dengan orang Banjar perantauan (pe-madam) yang mengaku dari suku adalah Banjar Alai, awalnya penulis agak heran mengapa mereka secara spesifik menyatakan "kealaiannya" tersebut, padahal sekarang di tanah Banjar sendiri istilah "Banjar Alai" ini mulai asing didengar. Ternyata di negeri rantau seperti Sumatera dan Malaysia sub suku Banjar yang terkenal dan kami temui memang terdiri dari 3 besar sub suku yaitu Banjar Alai (Hulu Sungai Tengah secara umum), Banjar Kalua (Kalua, Amuntai, Balangan dan Tanjung), Banjar Kandangan (Kandangan dan Tapin) dan sebagian kecil berasal dari Martapura dan sekitarnya, kemungkinan yang bisa diambil kesimpulan adalah karena masyarakat yang berhijrah/madam ke tanah Melayu dahulu rata-rata berasal dari 3 daerah ini. Jika diteliti secara seksama, diversifikasi ketiga sub suku tersebut dapat dibedakan berdasarkan pemukiman yang berada di 3 DAS utama yaitu Tabalong dan Balangan (Kalua), Batang Alai dan Barabai (Alai) serta Amandit dan Tapin (Kandangan).

Selain berdasarkan DAS, yang membedakan dari ketiga sub suku tersebut secara umum hanya pada beberapa suku kata dan dialek saja, adapun secara kultur, sifat dan lainnya tidak jauh berbeda. Misal orang Kalua yang terkenal dengan dialeknya yang berirama mengalun di setiap ujung kalimatnya, mempunyai karakter sebagai peniaga ulung, pengusaha juga pekebun dan petani handal. Orang Kandangan yang mempuyai dialek dan kata-kata yang khas misal "tuti" untuk menyebut kata tu" serta mempunyai karakter keras atau "panas baram/garang", ujar masyarakat Melayu. Orang Alai yang mempunyai kata imbuhan khas misalnya "lih" dan mempunyai karakter religius dan pandai dalam bercocok tanam. Perbedaan-perbedaan tersebut didapatkan dari pengamatan langsung serta diskusi unduh pendapat dengan urang Banjar yang berada di tanah pemadaman yang mana 3 indentitas tersebut masih sangat mudah dikenali perbedaannya.

Mengetahui berbagai pemaknaan di atas ,aka sudah sepatutnya kata "Alai" ini senantiasa kita pakai sebagai suatu identitas yang kuat dan membanggakan, inilah identitas leluhur kita yang juga berarti identitas kita. Penulis ingin mengatakan bahwa  sesungguhnya para leluhur kita adalah "Alai Sejati" dalam arti yang sebenarnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun