Mohon tunggu...
Livia Halim
Livia Halim Mohon Tunggu... Penulis - Surrealist

Surrealism Fiction | Nominator Kompasiana Awards 2016 Kategori Best in Fiction | surrealiv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[Cerpen] Melihat Angkasa dengan Mata Terpejam

25 September 2016   19:57 Diperbarui: 12 Februari 2017   21:45 768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source: wallpaperfolder.com

Akhirnya saya bertemu Luana lagi. Mata cokelatnya cerah, rambut dan pakaiannya rapi, dan ia terlihat sehat. Ia berkisah banyak hal. Luana bilang, pernah ada masa-masa di mana ia hanya mengurung diri di kamar.

“Tidak membaca?”

Luana menggeleng.

“Tidak menulis?”

Menggeleng lagi.

“Tidak mengirim pesan ke Angkasa?”

Lagi-lagi menggeleng.

“Tidak makan,” tambahnya. “Tapi sekarang, semuanya sudah baik-baik saja.”

Luana berkisah dulu ia bercakap dengan cermin setiap hari, selama berjam-jam hingga ia ketakutan melihat wajahnya sendiri. Ia enggan bertemu dengan orang lain, ia malu karena matanya selalu bengkak dan sembab, dan rambutnya selalu kusut. Luana menceritakan semua hal yang dialaminya pada cermin, lantas berkali-kali meminta maaf karena selalu salah. Luana pernah membanting cerminnya karena ia tidak dimaafkan. Pecahan cermin itu akhirnya melukai dirinya sendiri.

“Bukan itu hal yang seharusnya kamu lakukan jika tidak dimaafkan,” ujar saya.

“Ya, tapi semua teratasi ketika saya membeli cermin baru.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun