Oleh Sadam Husein.
Peran aktif masyarakat dan komunikasi yang efisien merupakan dua elemen kunci dalam memastikan keberhasilan pembangunan yang berkelanjutan. Dalam konteks pembangunan, partisipasi yang melibatkan berbagai lapisan masyarakat serta strategi komunikasi yang tepat tidak hanya mempercepat pencapaian tujuan pembangunan, tetapi juga memastikan bahwa hasilnya sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Robert Chambers, ahli pembangunan pedesaan, menyatakan bahwa partisipasi yang nyata memungkinkan masyarakat menjadi aktor aktif dalam proses pembangunan, alih-alih hanya menjadi penerima manfaat dari proyek pembangunan (Chambers, 1994).
Partisipasi dalam proses pembangunan berarti keterlibatan aktif masyarakat dalam berbagai tahapan seperti perencanaan, implementasi, dan evaluasi proyek atau program pembangunan. Bentuk partisipasi ini bervariasi mulai dari sekadar konsultasi hingga kolaborasi penuh, dengan tujuan utama agar semua kelompok masyarakat dapat berkontribusi dalam menentukan arah pembangunan.Â
Dalam teorinya, Arnstein menggambarkan partisipasi dalam beberapa tingkatan yang mencakup manipulasi, informasi, konsultasi, plakat, kemitraan, kekuasaan delegasi, dan kontrol oleh warga (Arnstein, 1969). Tingkatan ini menunjukkan seberapa besar pengaruh dan kontrol yang dimiliki masyarakat dalam proses pengambilan keputusan pembangunan.Â
Komunikasi pembangunan berfungsi sebagai sarana untuk memfasilitasi pertukaran informasi, membangun konsensus, dan memberdayakan masyarakat agar berpartisipasi secara aktif dalam proses pembangunan. Menurut Jan Servaes, seorang ahli dalam komunikasi pembangunan, komunikasi partisipatif sangat penting karena memungkinkan terjadinya dialog dua arah antara pemangku kepentingan dan masyarakat (Servaes, 2008).
Strategi komunikasi yang efektif mencakup beberapa pendekatan seperti komunikasi partisipatif, penggunaan media lokal dan tradisional, teknologi digital dan media sosial, serta pelatihan dan pendidikan publik. Dialog terbuka dan konsultasi yang melibatkan banyak pihak sangat penting untuk mendapatkan berbagai perspektif dan membangun konsensus.Â
Penelitian oleh Servaes dan Malikhao (2005) menunjukkan bahwa media tradisional dan lokal efektif dalam menjangkau dan melibatkan komunitas pedesaan dalam proyek pembangunan. Selain itu, program pendidikan dan lokakarya dapat membekali masyarakat dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk berpartisipasi aktif.
Sebuah contoh nyata adalah program pembangunan desa di Indonesia, di mana partisipasi masyarakat telah terbukti menjadi faktor kunci keberhasilan. Program ini melibatkan masyarakat dalam semua tahapan, mulai dari identifikasi kebutuhan hingga pelaksanaan proyek. Pendekatan partisipatif ini memungkinkan masyarakat untuk menyuarakan aspirasi mereka, berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, dan secara langsung berkontribusi dalam pembangunan.
Hal ini sejalan dengan pandangan Chambers yang menekankan pentingnya membalikkan hierarki kekuasaan dalam pembangunan dengan memberdayakan masyarakat di tingkat akar rumput (Chambers, 1997). Namun, partisipasi dan komunikasi dalam pembangunan menghadapi beberapa tantangan seperti kesenjangan akses informasi, perbedaan sosial dan budaya, serta ketidakpercayaan terhadap pemerintah.Â