Mohon tunggu...
Lisza Indana Zulfa
Lisza Indana Zulfa Mohon Tunggu... Mahasiswa-D4 Teknik Informatika-Politeknik Harapan Bersama Tegal

Saya merupakan mahasiswa aktif D4-Teknik Informatika Politeknik Harapan bersama Tegal, semester 2

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

#KaburAjaDulu: Suara Generasi Muda di Tengah Gelombang Perginya Talenta

20 Juni 2025   17:28 Diperbarui: 20 Juni 2025   17:32 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Tagar #KaburAjaDulu yang mencuat di awal 2025 bukan sekadar tren media sosial, tetapi mencerminkan keresahan struktural generasi muda Indonesia terhadap kondisi dalam negeri. Berdasarkan laporan Indikator Politik Indonesia, sekitar 52 persen pemuda berusia 20--35 tahun menyatakan keinginan untuk tinggal atau bekerja di luar negeri sebuah angka yang menunjukkan adanya krisis kepercayaan terhadap peluang domestik.

Lebih dari sekadar ingin "pergi", narasi ini merepresentasikan kekecewaan kolektif atas sistem ekonomi, politik, dan sosial yang dianggap belum memihak generasi produktif. Seperti yang disampaikan oleh Prof. Hermanto Siregar dari IPB dalam wawancara dengan Kompas, "Fenomena brain drain ini bukan karena kurang cinta tanah air, tapi karena tanah air belum cukup memberi harapan."

Desakan Logis di Balik Tren

Pernyataan Prof. Hermanto sejalan dengan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Organisasi Buruh Internasional (ILO), yang menunjukkan bahwa pada 2024, tingkat pengangguran pemuda usia 15--24 tahun di Indonesia mencapai 16 persen, jauh di atas tingkat pengangguran nasional sebesar 4,76 persen. Ini menandakan bahwa lebih dari satu dari tujuh anak muda usia produktif tidak memiliki pekerjaan.

Menurut Dr. Wijayanto Samirin (Universitas Paramadina), ketimpangan ini terjadi karena minimnya koneksi antara pendidikan dan kebutuhan industri. Ia menyebut, "Indonesia sedang mengalami mismatch yang serius antara lulusan perguruan tinggi dan lapangan kerja yang tersedia."

Jumlah Emigrasi dan Likuidasi Talenta

Data dari Kementerian Luar Negeri mencatat bahwa pada periode 2019--2022, sebanyak 3.912 Warga Negara Indonesia (WNI) berpindah kewarganegaraan ke Singapura. Selain itu, laporan World Bank memperkirakan bahwa sekitar 12 persen tenaga kerja Indonesia yang berpendidikan tinggi kini bekerja di luar negeri, menjadikan Indonesia salah satu negara dengan risiko tinggi kehilangan talenta.

Akibatnya, sektor-sektor strategis seperti teknologi, kesehatan, dan riset mengalami defisit sumber daya manusia. Dalam laporan Cornell University & Gallup (2023), disebutkan bahwa negara-negara yang kehilangan 1 juta talenta dapat mengalami kerugian hingga USD 442 miliar per tahun dalam bentuk inovasi, produktivitas, dan potensi ekonomi.

Narasi Positif: Diaspora Sebagai Aset?

Namun, tidak seluruhnya negatif. Budi Setiyono, Deputi Kerjasama Internasional BKKBN, menyebut bahwa brain drain juga membawa sisi positif berupa kontribusi diaspora Indonesia dalam bentuk remitansi. Pada 2024, jumlah remitansi dari luar negeri yang dikirimkan oleh pekerja migran Indonesia mencapai Rp253 triliun.

Selain itu, diaspora juga menjadi duta budaya dan sumber jejaring global. Menurut Prof. Tadjuddin Noer Effendi (UGM), "Jika dikelola dengan baik, diaspora bisa menjadi katalis pembangunan melalui transfer ilmu, modal, dan koneksi internasional."

Solusi: Rebut Kembali Kepercayaan Anak Muda

Pemerintah perlu segera merespons fenomena ini dengan strategi sistemik, bukan pendekatan simbolik. Beberapa langkah yang bisa dipertimbangkan antara lain:

  1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas lapangan kerja profesional. Investasi harus diarahkan pada sektor padat karya modern dan teknologi.

  2. Revitalisasi pendidikan vokasi dan kurikulum adaptif. Data Indikator menunjukkan bahwa banyak lulusan merasa pendidikan mereka tidak relevan dengan dunia kerja.

  3. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
    Lihat Kebijakan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun