Hanya ingin mengingatkan, tulisan ini dibuat oleh pengguna Instagram yang baru 'bermain' lagi sekitar tiga bulan belakangan. Jadi masih mau lanjut tidak? Haha.
Jadi gini...
Saya hanya ingin berbagi hal yang saya dapatkan selama saya bermain dan belajar bersama Instagram. Iya, ini hasil ke-kepo-an saya yang maunya memang tidak sekadar (pamer) bersenang-senang di sana, tetapi juga saya yang ingin tahu soal hal apa sih yang harus saya pelajari agar Instagram yang saya miliki itu bisa punya performa maksimal. Halaahhh.
Maklum, akun saya juga masih kecil. Apalagi sudah sekitar setahun memang saya sengaja vakum-kan, yang hasilnya ya membuat akun saya tidak tumbuh apalagi berkembang. Stagnan. Gitu-gitu aja, kayak hubungan sama doi. #ehcurhat
Dari situ saya makin sadar dan mulai berpikir, "gimana nih caranya meski akun masih kecil tapi konten tetep bisa tersebar luas, syukur-syukur viral dan jadi selebgram~" Hiyaaaa.
Ya, tinggal beli pengikut lha, Mbaa. Ribed amad!!!!!1!!!!1!1!!
Kalau inginnya terlihat seperti akun yang sudah terkenal karena jumlah pengikutnya, cara itu bisa jadi memang pilihan yang tepat dan pastinya cepat. Hanya saja, cara itu tidak menjawab pikiran saya yang jadi poin penting: "gimana cara agar konten saya bisa nyebar luas dan syukur gak gampang tenggelam." Hal yang tidak bisa dilakukan oleh pengikut pesanan, kan? Semoga dugaan saya ini benar. HAHA.
Oya, kebetulan saya memang sedang mencoba berkonten di Instagram, bukan dengan mengandalkan foto selfie-selfie syantik, tapi membacakan kata-kata ala-ala gitu, lalu saya beri footage gratis di youtube plus latar musik agar makin-makin.
Nah, konten semacam ini sudah banyak sekali di IG. Untuk itulah, kenapa saya jadi harus berpikir gimana caranya agar konten saya ini bisa bertahan di tengah arus konten serupa yang terus saja berdatangan tiap menit.
Jawabannya: Maksimalkan Tagar Instagram
Semua pasti ada caranya. Termasuk cara agar konten tetap bisa tersebar atau minimal bertahan dan kelihatan banyak orang meski akun masih kecil-kecilan. Ya, jawabannya ternyata lewat tagar atau lebih sering kita sebut dengan hastag. Cara yang baru-baru ini saya sadari pula.
Di awal saya memulai bermain IG, saya bahkan belum berpikir soal tagar. Seadanya dan semaunya saya saja. Hal yang ternyata sama dengan menyia-nyiakan potensi tagar. Untung lekas sadar. Haha.
Pengetahuan soal tagar ini saya dapat dari seorang Social Media Coach asal Indonesia, namanya Adrian Ngangi. Cara yang sempat saya kira malesi, tetapi ternyata memang bisa berdampak. Cara yang beliau tawarkan adalah melalui: Tangga Hastags.
Singkatnya, tangga ini akan menyadarkan kita bahwa kalau menggunakan hastag juga harus sadar diri. Bertahap saja dari tangga yang rendah dulu, jangan langsung lompat ke yang tinggi.
Seperti yang beliau jelaskan dalam materi gratisannya, yang pada intinya jangan menggunakan hastag yang umum dan besar. Kecuali kamu emang artis, kali ya.
Gunakan tagar yang spesifik. Karena makin spesifik, pesaing kontenmu akan lebih sedikit pula. Kira-kira beginilah tangga yang beliau ilustrasikan untuk memanfaatkan tagar:
Medium adalah tagar yang masih tergolong tertarget tapi lebih banyak jumlahnya ketimbang niche.
Big/superbig adalah tagar yang sebaiknya digunakan secukupnya, karena dalam hitungan 1-5 menit kemungkinan kontenmu akan mudah tenggelam.
Pengalaman Saya Sejauh Ini
Nah, sekarang tinggal praktik-in deh. Bener gak ya?
Pertama saya kumpulin dulu tagar-tagar yang potensial. Gampang aja, kalau sudah menemukan satu kata yang menurut saya pas, nantinya saya bisa gunakan kata-kata yang muncul di "terkait" untuk mempermudah mencari kata yang lain. Selain melihat tagar, lihat juga berapa jumlah penggunan tagar tersebut, lalu kategorikan deh.
Kira-kira beginilah tagar yang mungkin nyambung dengan konten yang saya miliki. Dari sini jadi kelihatan, tagar mana yang sebaiknya saya gunakan dan mana yang sebaiknya tidak usah. Seperti daripada menggunakan #storywa yang hampir 1.1 juta, mending saya gunakan #storyvideowa yang gak sampai 20 ribu. Saingannya lebih kecil. Ya, dari tangga hastag, saya jadi lebih suka penggunaan tagar di anak tangga niche dan superniche.
Hal ini juga berdapak dari jangkauan akun unik, yang bisa naik dua kali lipat. Buat yang mau lihat ini, kalian harus menggunakan Instagram business profile.
Menurut wordstream.com, unggahan Instagram dengan setidaknya satu tagar rata-rata mendapat 12,6 persen engagement (nilai interaksi gitu lah kira-kira) lebih banyak daripada yang tidak. Jadi ya paling tidak satu.
Sumber lain, berdasarkan blog.hootsuite.com, penggunaan 9 tagar bisa memberikan paling banyak engagement. Memang tidak ada aturan khusus soal ini, yang paling terpenting adalah gunakan tagar yang relevan dengan kontenmu ya.
Dari belajar soal tagar ini saya juga jadi tahu. Bahwa penggunaan tagar seperti (tagar) followmeback dan sejenisnya adalah cara yang sebaiknya kita hindari. Meski bisa memunculkan pengikut baru, besar kemungkinan mereka tidak benar-benar menyukai atau nyambung dengan kontenmu. Mereka hanya ingin diikuti balik. Yang besar kemungkinan pula bisa tidak lagi mengikutimu, lalu yang ada kamu hanya menambah jumlah mengikuti.
Dalam sehari, di Instagram terdapat lebih dari 100 juta unggahan foto dan video. Jadi, selamat berenang-renang di kolam konten. Gunakan tagar untuk ban penyelamatmu agar tidak mudah tenggelam, kuy. Eh ini instagram saya kali aja butuh @listhiahr ✌️😬
Salam,
Listhia H. Rahman