Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Merasa Populer Gara-gara Banyak Pengikut di Instagram?

20 September 2019   21:00 Diperbarui: 21 September 2019   13:53 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | unsplash.com

Mengapa membahas pengikut mendadak perlu dibahas? Ya, seru aja. Apalagi sekarang tidak sedikit ditemui hamba-hamba followers, di mana angka-angka itu adalah tiket menuju pengakuan sebagai selebgram bukan? #uhuk Pun banyaknya pengikut ini bisa juga jadi semacam cara balik modal dengan cara menjadi influencer~

Jika hanya mengejar banyaknya, hari ini siapa saja bisa memiliki. Caranya? Modal dikit, beli dong. Nah, yang perlu menjadi perhatian sekarang adalah tidak semua orang jadi mudah percaya dengan jumlah pengikut yang nampak "uwow" di matamu itu. Sebab hari ini jumlah pengikut bisa diaudit, dong~ Bisa diperiksa.

Cara yang paling mudah untuk mengetahuinya adalah dengan membandingkan jumlah pengikut dengan interaksi di kontennya. 

Pernah gak menemukan akun yang punya ribuan atau bahkan ratusan ribu pengikut tetapi ternyata foto-fotonya tidak mencapai puluhan yang memberi suka dan komentar? 

Model seperti ini ada banyakkkkk.

Saya sering menemukan dan biasanya kok akun-akun online shop. Ya, bukan berpikir jelek, hanya saja rasanya jadi tidak masuk akal. Tidak sampai disitu saja, karena kebanyakan akunnya juga sengaja dikunci.

Bayangkan mau jualan tapi akun di kunci? Apakah ini seumpama toko yang ingin berjualan tapi malah sengaja ditutup? Pusyiiing. Ah, saya saja yang berlebihan. Barangkali itu salah satu upaya untuk menghindari agar tidak bisa diungkap sebenarnya akun-akun siapa yang mengikuti, ya khan. #ehmaaf

Tidak hanya toko online, pun akun-akun pribadi juga ada. Ya, tidak bisa menyalahkan juga. Toh, itu akun-akun mereka yang mengendalikan. Namun, jangan juga jadi sakit hati jika setelah dianalisis ternyata memiliki engagement rate (interaksi antar akun dan pengikutnya, gitu deh) yang rendah. Lalu apa itu cukup membuatmu sebagai influencer?

Sebagai pengetahuan, yang saya ambil dari sini, bahwa rentang engagement rate yang baik dan bisa dikatakan berkualitas ada di sekitar 1.5 sampai 3 persen. Jadi jikalau kamu memiliki 10.000 pengikut, seharusnya kamu bisa mendapat 150-300 suka dan komentar (kombinasi) pada rata-rata unggahanmu. Coba sudahkah mencapainya?

Namun jangan senang dulu jika hasilnya ternyata terlampaui, celah untuk menempuh jalan 'kriminal' juga ada yaitu dengan memanfaatkan jasa/aplikasi untuk meningkatkan suka dan komentar bahkan juga polling. Ngga ada mati-matinye emang~ Namun tetap saja, akun-akun yang memberi itu biasanya juga robot yang tidak bisa diajak berinteraksi, hanya memberi jangan ngarep dibalas lagi~

Kalau ingin cara mudah, coba saja dengan IG Audit (https://igaudit.io/). Platform ini didirikan oleh Andrew Hogue, seorang lulusan Ilmu Komputer dari Caltech (California Institute of Technology) dan sebelumnya pernah bekerja sebagai engineer di NASA, Facebook, Snapchat dan Hooked.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun