Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Mengenal Stunting yang Dibahas Saat Debat Cawapres Itu

18 Maret 2019   22:40 Diperbarui: 19 Maret 2019   11:36 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gizi Ibu adalah salah satu peran kunci dalam mengatasi stunting,sebab gizi Ibu yang menjadi sumber pertama kehidupan seseorang sebelum dilahirkan. Untuk itulah program 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) menjadi solusi yang bisa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi serta hak dan berkembangnya potensi ibu dan anak. 1000 HPK ini dihitung sejak awal proses kehidupan manusia (kehamilan) sampai anak berusia 2 tahun.

Singkatnya, ada 4 masa yang perlu diperhatikan untuk mengoptimalkan 1000 HPK yaitu masa saat sebelum hamil (dimana si calon ibu ada baiknya menyiapkan gizi dan kesehatan yang optimal sebelum merencanakan kehamilan), masa kehamilan, masa bayi berusia 0-6 bulan (dilakukan dengan pemberian ASI Eksklusif) dan masa bayi berusia 6 bulan sampai 2 tahun.

Adanya 1000 HPK diharapkan dapat mencegah stunting sehingga tercipta generasi emas yang berkualitas baik dari segi kesehatan, intelektual dan produktivitas.

Perlu diperhatikan juga bahwa pemenuhan kebutuhan gizi yang berkualitas tidak lalu berhenti setelah 2 tahun. Pemberian gizi yang berkualitas tetap harus dipenuhi agar status gizi selalu optimal terlebih di masa-masa anak-anak yang merupakan fase pertumbuhan. 

Potret Stunting di Indonesia
Melihat data yang terpampang nyata dalam Riskesdas, diketahui bahwa prevalensi stunting secara nasional  adalah 30,8 persen (2018), 37,2 persen (2013), 35,6 persen (2010) dan 36,8 persen (2007).Jika diamati, ada penurunan sekitar 6,4 persen diantara 2013 sampai 2018.  Nampak menggembirakan, ya.

Sayang data 5 tahunan tersebut tidak tercantumkan keterangan per tahun sehingga data perkembangan spesifik tiap tahun tidak bisa digambarkan. Belum lagi apabila metode penelitian terutama pada sampel riskesdas ternyata mengalami perubahan,hal ini tentu pada akhirnya akan berdampak pada hasil. 

Sampel Riskesdas
Sampel Riskesdas
Tak usah bingung, ges. Yang jelas meski pernah turun, menurut WHO angka prevalensi stunting di Indonesia masih dianggap berat karena  prevalensinya masih di antara 30-39 persen.

Masalah Gizi seperti Stunting tidak hanya diatasi dengan debat eh Gizi Saja
Memang masalah stunting diakibatkan dari kekurangan gizi yang kronis. Namun dalam penyelesaiannya bukan hanya gizi yang menjadi fokus utama. Selain faktor gizi, faktor penyebab masalah gizi yang secara langsung adalah infeksi. Percuma saja jika kita memberikan makanan yang bergizi, jika ada infeksi yang belum diatasi. Sia-sia,seperti memberi kode pada dia tapi ternyata masih ada hati yang ia jaga #ehem

Masalah lain yang perlu diperhatikan seperti pelayanan kesehatan, kebersihan lingkungan dan sanitasi, kemiskinan, pendidikan dan yang tidak boleh dilupakan pun ternyata dapat menjadi akar masalah gizi (seperti stunting) adalah politik itu sendiri,lho.

ilustrasi http://bppsdmk.kemkes.go.id
ilustrasi http://bppsdmk.kemkes.go.id
Seperti yang dipaparkan bppsdmk.kemkes.go.id , perlu kalian ketahui secara sadar bahwa akar terjadinya berbagai masalah termasuk gizi dimulai dari pengelolaan negara. Dimana apabila pengelolaan negara yang terbagi dalam 3 kekuatan politik yaitu legislatif, eksekutif dan yudikatif  tidak dapat melaksanakan tujuan pembangunan sesuai UUD 1945, kesejahteraan umum tidak dapat tercapai secara optimal. 

Ketidakcakapan para pemimpin negara diketahui akan berdampak pada berbagai hal seperti rendahnya mutu pendidikan, rendahnya kualitas sumber daya manusia, penangguran sampai timbulnya kemiskinan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun