Ki Harsono, membuka pertunjukkan
Matahari belum tinggi, namun beberapa laki-laki sudah sibuk mengangkut sesuatu dari mobil pick up yang terpakir di pinggir jalan. Persis di depan rumah kepala dusun, kerangka sebuah panggung sudah mulai terlihat. Ya, ada yang mulai berbeda di hari kamis (28/1) lalu di salah satu dusun di Desa Banyukuning, tepatnya dusun yang bernama Kaliwinong. Pada hari Sabtu (30/1) pertunjukan wayang kulit semalam suntuk akan digelar untuk memeriahkan ulang tahun dusun.
Menurut informasi dari Kepala Dusun Kaliwinong, ada beberapa rangkaian acara dalam upacara selametan dusun. Diantaranya adalah ziarah kubur di malam sabtu , upacara pembukaan di sabtu pagi, pertunjukan wayang kulit di siang hari dengan lakon “Semar Mbangun Padukuhan” dan acara puncak pertunjukan wayang kulit di sabtu malam dengan lakon “Durna”. Pertunjukan wayang ini akan dibawakan oleh Ki Harsono, Pedalang dari Ambarawa beserta pengrawit dan alat gamelan yang lengkap . Di sela-sela pertunjukan juga akan ada penampilan campur sari untuk menghibur warga.
***
Sabtu malam, keramaian mulai terlihat di sekitar rumah kepala dusun. Pasar “dadakan” pun turut memeriahkan di sepanjang jalan menuju tempat pementasan. Tak hanya warga dusun Kaliwinong saja yang datang, melainkan juga dari dusun lainnya. Termasuk Tim I KKN (Kuliah Kerja Nyata) Undip 2016 yang sedang melaksanakan kegiatan di desa Banyukuning selama tiga puluh lima hari.
Pukul delapan malam, TIM KKN sudah berada disana dan mengisi kursi-kursi undangan yang masih kosong karena memang acara baru akan dibuka sekitar pukul sembilan malam. Pertunjukan wayang kulit secara simbolis dibuka oleh Kepala Desa Banyukuning, Pak Kukuh Sudrajat, dengan penyerahan wayang kepada Ki Harsono. Dengan iringan gamelan jawa dari tangan-tangan pengrawit (sebutan pemain gamelan) yang begitu lihai menambah suasana makin megah dan memesona pandangan yang melihatnya.
Penonton Kecil
Wayang kulit hanya konsumsi untuk orang-orang tua? Tidak berlaku di dusun ini. Para penonton kecil bersebaran di tengah-tengah penonton. Bahkan beberapa kelompok anak-anak duduk berjajar rapi dan terlihat asyik memperhatikan. Sungguh pandangan yang jarang ditemukan dan langka. Bukti nyata, bahwa wayang masih dicintai dan diminati dari berbagai kalangan usia.
Oya, Tidak hanya bayangan wayang yang disajikan dalam pertunjukan ini. Di tengah-tengah acara, dua penyinden dengan gerakan lemah gemulainya menari tarian gambyong pareanom yang menyedot perhatian penonton untuk makin mendekati panggung.
Memang acara ulang tahun desa selalu diadakan tiap tahunnya. Namun, untuk pertunjukan wayang ternyata hanya diadakan tiap tiga tahun sekali. Untuk pementasan pertunnjukan wayang tahun ini, dusun menyiapkan anggaran sekitar delapan belas juta rupiah.Merti Dusun atau dapat diartikan dizaman sekarang sebagai acara ulang tahun dusun adalah salah satu cara mengungkapan syukur kepada Sang Pencipta atas keberadaan dusun yang bisa ditempati sampai detik ini.
Selamat Ulang Tahun Dusun Kaliwinong, Tetap Lestarikan Budaya
Salam,
Listhia H Rahman