Bab 1: Tanda-Tanda yang BerbicaraÂ
Hari libur. Udara pagi masih dingin saat Raka melangkah ke tepian hutan, matanya menyapu tanah berdebu yang masih lembap dari hujan semalam. Kakinya bergerak perlahan, berhati-hati agar tidak menghapus jejak apa pun yang mungkin tertinggal. Ia telah belajar banyak dari Pramuka---tanah adalah buku terbuka bagi siapa saja yang tahu cara membacanya. Â
Daun-daun kering berserakan di tanah, beberapa tergeser seolah ada sesuatu yang melewatinya belum lama ini. Raka berjongkok, jarinya menyentuh bekas telapak kaki kecil yang mengarah ke dalam hutan. Itu bukan jejak hewan---bentuknya terlalu rapi. Matahari merangkak naik, sinarnya menyusup di antara celah dedaunan dan menghangatkan punggungnya. Â
"Apa yang kau lihat?" Sita muncul dari belakang, wajahnya penuh rasa ingin tahu. Â
"Jejak seseorang... tapi aku tidak tahu siapa," jawab Raka, nadanya serius. Â
Dani menyusul, kedua tangannya bertumpu di lutut saat ia memeriksa tanah. "Mungkin jejak orang desa?" Â
Raka menggeleng pelan. "Tidak. Aku sudah hafal jejak orang-orang di desa. Ini lebih kecil, mungkin anak-anak... tapi bukan dari desa kita." Â
Ketiganya saling bertukar pandang. Raka meraih jurnalnya, menarik pensil dari sakunya, lalu mulai menggambar jejak yang ia lihat. Garis-garis kecil terbentuk, menghubungkan jejak kaki dengan jalur yang ia temukan beberapa hari lalu. Sesuatu dalam dirinya mengatakan bahwa jejak ini bukan kebetulan---mereka mengarah ke sesuatu yang belum terungkap. Â
Dan petualangan mereka baru saja dimulai. Â
Bersambung