Pernahkah kamu merasa lelah hanya karena berpikir terlalu banyak? Bahkan sebelum melakukan sesuatu, isi kepala sudah penuh dengan skenario "gagal", "ditolak", "disalahpahami", dan sebagainya. Kalau iya, mungkin kamu sedang mengalami yang namanya overthinking.
Banyak orang menyebut overthinking sebagai masalah klasik anak muda zaman sekarang. Tapi benarkah overthinking hanya milik generasi muda? Atau sebenarnya ini adalah bagian dari tantangan hidup modern yang makin kompleks?
Apa Itu Overthinking?
Secara sederhana, overthinking adalah kebiasaan berpikir berlebihan terhadap suatu hal baik yang belum terjadi, yang sudah terjadi, bahkan hal-hal kecil yang sebenarnya tak perlu dibesar-besarkan. Beda dari refleksi diri yang sehat, overthinking justru cenderung melumpuhkan aksi.
Misalnya:
“Aku mau apply kerja, tapi kayaknya CV-ku kurang menarik.”
“Kalau aku ngomong kayak gitu, mereka bakal salah paham nggak, ya?”
“Gimana kalau aku gagal dan bikin malu keluarga?”
Pola ini terus berputar di kepala seperti kaset rusak, membuat kita cemas, sulit tidur, susah fokus, bahkan akhirnya tidak melakukan apa-apa. Overthinking membuat kita tenggelam dalam kemungkinan, bukan kenyataan.
Bukan berarti orang dewasa tidak overthinking. Tapi anak muda, terutama generasi Z dan milenial muda, memang hidup di zaman yang penuh tekanan dan perbandingan. Berikut beberapa penyebab kenapa overthinking sering menghinggapi anak muda: