Mohon tunggu...
Linda Riski S
Linda Riski S Mohon Tunggu... Ilmuwan - Lecturer in Nutrition Department

Lecturer in Nutrition Department

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Susah Makan Sayur? Modifikasi Menu Sayur Bisa Jadi Alternatif

27 November 2021   09:08 Diperbarui: 29 November 2021   09:51 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peningkatan jumlah penderita obesitas di dunia masih terus terjadi. Berdasarkan data World Health Statistics tahun 2016, lebih dari 650 juta orang dewasa atau sekitar 13% orang dewasa di dunia mengalami obesitas. Jumlah ini meningkat hingga 3 kali lipa jika dibandingkan tahun 1975. Tidak hanya di dunia, masalah tersebut juga terjadi di Indonesia. Prevalensi obesitas di Indonesia meningkat dari 14,8% pada tahun 2013 menjadi 21,8% pada tahun 2018. Apabila tidak segera ditangani, masalah obesitas ini dapat menurunkan kualitas hidup manusia. Beberapa masalah kesehatan yang dapat timbul akibat obesitas seperti diabetes melitus (DM), hipertensi, penyakit kardiovaskuler, kanker dan sebagainya. Selain dampak kesehatan, obesitas juga dapat menyebabkan kerugian secara ekonomi. Penelitian Wulansari dkk (2016) menunjukkan total kerugian ekonomi akibat obesitas sebesar 0,9% Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, atau sebesar 78.478 miliar rupiah per tahun.

Seseorang menderita obesitas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya perilaku makan yang kurang sehat seperti rendahnya konsumsi sayur. Perilaku tersebut dapat dipengaruhi oleh pengetahuan tentang pengolahan sayur yang masih rendah.

Dalam menangani masalah rendahnya pengetahuan masyarakat Indonesia tentang konsumsi sayur, Program Studi Gizi Universitas Singaperbangsa Karawang melaksanakan webinar yang bertajuk “Inovasi Produk Pangan dan Menu Makanan untuk Meningkatkan Konsumsi Sayur”. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi pentingnya konsumsi sayur dan mengedukasi masyarakat tentang pengolahan sayur yang mudah, enak, dan bergizi. Materi dibawakan oleh Bapak Wawan Saepul Irwan, S.Pd., M.Si. dari BBPPMPV Bisnis dan Pariwisata, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, dan Ibu Pakartian Ayu S, S.TP., M.PH yang merupakan Founder Healthy Plate Yogyakarta.  

 

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Pada acara tersebut disampaikan potensi pangan lokal berupa sup labu kuning untuk memenuhi kecukupan konsumsi sayur melalui MPASI balita. Produk MPASI berupa sup krim instan ini mengandung betakaroten, serat, vitamin, mineral serta antioksidan yang dibutuhkan oleh balita. Produk ini dapat menjadi alternatif MPASI yang mudah, higienis dan bergizi. Dalam webinar kali ini juga disampaikan berbagai macam tips pengolahan sayur, seperti hindari penggunaan alat yang dapat berkarat atau bereaksi dengan makanan seperti besi tuang atau cor, usahakan mencuci sayur terlebih dahulu sebelum dipotong-potong kecil, merebus sayur pada saat air sudah mendidih agar tidak banyak zat gizi yang berkurang karena larut dalam air, serta gunakan sedikit air pada sayuran dengan waktu pemasakan yang tidak terlalu lama untuk mengurangi hilangnya vitamin C. Selain itu, webinar ini mengulas modifikasi menu-menu makanan berbahan sayur. Menu-menu tersebut dapat diterapkan oleh para peserta di kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil kuesioner yang diisi peserta, webinar ini dapat meningkatkan pengetahuan tentang sayur pada sebagian besar peserta.

Upaya-upaya edukasi gizi dan kesehatan, baik secara daring maupun luring masih perlu dilakukan secara berkelanjutan. Dengan harapan semua lapisan masyarakat dapat memiliki pengetahuan yang baik tentang pemenuhan kebutuhan gizi sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Daftar Pustaka

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar tahun 2018. Kementerian Kesehatan RI.

Wulansari A, Martianto D, Baliwati YF. 2016. Estimasi Kerugian Ekonomi akibat Obesitas pada Orang Dewasa di Indonesia. Jurnal Gizi dan Pangan Vol. 11 (2): 159-168.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun