Mohon tunggu...
Linda Puspita
Linda Puspita Mohon Tunggu... Buruh - Pekerja Migran

Be yourself

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Suara Jiwa

26 November 2019   10:55 Diperbarui: 26 November 2019   10:53 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: istockfoto.com

Aku benci kamu. Meski kamu tuanku. Tempat aku bernaung. Entah sudah berapa banyak kesenangan kamu biarkan. Tidak bisakah kamu dengarkan aku, tanpa bertanya padanya.

Sore itu, rintik jatuh menyetubuhi bumi yang kering setelah sepekan tak diselimuti hujan. Aroma tanah menguar, menyengat hidungmu. Ide-ide liarku berkeliaran.

"Punya rencana apa, kamu?"

"Apa urusanmu?"

"Jelas ini urusanku. Aku ditugaskan untuk mengaturmu supaya tidak sembrono."

"Lihat saja apa yang akan terjadi nanti malam!"

Sumpah, dia itu sangat menggangu. Kenapa dulu kamu pilih dia untuk tinggal bersamamu. Kenapa bukan hati yang lain. Hati yang suka pesta dan dentuman musik setan.

Namun, hari ini aku sedikit bahagia. Kamu mau datang penuhi undangan Tamara, seperti pintaku. Aku suka gadis itu. Apalagi saat menggerlingkan mata. Aku yakin dia pasti merasakan desiran, tapi dia berlagak tidak ada apa-apa. Dasar munafik! Bodohnya, kamu malah ikut-ikutan dia, munafik.

Jarum jam berdenting di angka sembilan, aku bersorak kegirangan. Kamu sudah mulai merapikan diri. Kemeja kotak-kotak merah hitam dan lengan baju digulung sampai siku, membuat aromamu terpancar.

"Fokus saja ke wajahmu di cermin. Stop melirik ke foto di atas meja. Mereka tidak akan tahu, bodoh!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun