Mohon tunggu...
Lina WH
Lina WH Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

• Ibu dari seorang anak laki-laki, Mifzal Alvarez.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dongeng: Nasihat Bijak

8 Januari 2021   09:00 Diperbarui: 8 Januari 2021   09:11 816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Putri Azkia adalah anak sulung dari Raja Arkananta di Kerajaan Drini. Kerajaan Drini adalah kerajaan yang sangat makmur dan disegani oleh kerajaan tetangga lainnya. Hal tersebut terjadi karena pengaruh pemerintahan Raja Arkananta yang arif dan bijaksana. Kini, Putri Azkia genap berusia sepuluh tahun. Teman-teman Putri Azkia dari kalangan kerajaan sangat banyak dan mereka saling mengundang ketika ada pesta perayaan ulang tahun.

Suatu hari, Putri Azkia menyampaikan keinginannya kepada Sang Ayah untuk dibuatkan baju baru yang akan dipakai saat pesta perayaan ulang tahun Putri Sabrina, putri dari Kerajaan Sepanjang.

"Ayah, bolehkah aku membuat baju baru untuk aku pakai saat pesta perayaan ulang tahun Putri Sabrina nanti?" tanya Putri Azkia dengan sopan kepada ayahnya, Raja Arkananta.

"Boleh, Nak! Silahkan panggil Bibi Avina, penjahit istana kita. Buatlah baju terbaik dari kain terbaik tetapi tetap sopan," kata Raja Arkananta yang mengizinkan Putri Azkia memiliki baju baru.

Putri Azkia sangat senang. Kemudian meminta pengawalnya untuk memanggil Bibi Avina, si penjahit istana. Pengawal pun dengan setia menjalankan perintah dari Putri Azkia. Sambil menuggu Bibi Avina datang, Putri Azkia sibuk menggambar model pakaian yang hendak dipakai saat hadir di pesta perayaan ulang tahun Putri Sabrina nanti. Beberapa model telah digambar, tetapi hanya satu model yang cocok dengan keinginan Putri Azkia.

"Putri Azkia, Bibi Avina sudah datang," kata pengawal dengan sopan.


"Persilakan masuk kemari. Aku sudah tidak sabar menunggu. Aku sudah menggambar model baju yang hendak aku pakai nanti!" kata Putri Azkia dengan girang.

"Baiklah, Putri Azkia."

Beberapa saat kemudian, Bibi Avina si penjahit istana dangang ke kamar Putri Azkia. Dengan sopan, Putri Azkia menyambut.

"Bibi Avina, tolong buatkan aku baju dari kain terbaik dengan model seperti ini!" kata Putri Azkia sambil menunjukkan gambar yang telah dibuatnya beberapa saat yang lalu.

Bibi Avina kaget melihat model baju yang ditunjukkan oleh Putri Azkia. Kemudain, menolak permintaan Putri Azkia dengan sopan.

"Mohon maaf Putri, bagaimana jika Putri membuat baju model lain tetapi tetap dengan kain terbaik?"

"Kenapa dengan model baju ini?" tanya Putri Azkia dengan penasaran.

"Lengan baju ini terbuka dan panjang baju ini tidak menutup lutut. Ini akan kurang sopan jika Putri pakai nanti," Bibi Avina menjelaskan alasan menolak model baju yang diinginkan Putri Azkia dengan ramah.

"Aku ingin membuat model seperti ini, seperti yang dipakai teman-temanku dari Kerajaan tetangga lainnya. Aku mau mengikuti model terbaru!" kata Putri Azkia yang tetap mempertahankan keinginannya.

Bibi Avina terdiam, mencari cara bagaimana supaya Putri Azkia mau dibuatkan model baju yang sopan.

"Putri Azkia sekarang sudah menginjak usia remaja. Putri Azkia akan tetap cantik dengan pakaian yang sopan dan anggun."

"Temanku juga sudah menginjak usia remaja. Mereka pun tetap cantik dengan model pakaian seperti yang aku inginkan ini!" lanjut Putri Azkia dengan nada marah.

Putri Azkia merajuk, kemudian merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Bibi Avina tetap diam di tempat, sambil memikirkan cara membujuk Putri Azkia agar tetap berpakaian sopan. Sementara itu, pengawal datang membawa makanan ringan dan minuman untuk Bibi Avina dan Putri Azkia.

"Putri, mari kita minum sambil bercerita. Itu akan lebih menyenangkan daripada merajuk seperti itu," bujuk Bibi Avina si penjahit istana.

Putri Azkia tetap diam, nanum Bibi Avina tidak segan maupun bosan untuk tetap membujuknya. Bibi Avina mencoba memberikan teh manis hangat kepada Putri Azkia dengan sopan, sehingga Putri Azkia segan dan beranjak dari tempat tidurnya.

"Terima kasih, Bibi Avina. Tetapi bagaimana dengan model pakaian yang aku inginkan? Maukah Bibi tetap membuatkan untukku?" kata Putri Azkia dengan sopan.

Bibi Avina menaruh gelas minuman ke atas meja, kemudian duduk di bangku yang telah tersedia di kamar Putri Azkia.

"Tentu saja mau, Putri, tetapi pakaian yang sopan dan anggun serta menutup aurat. Jika Putri tetap menggunakan pakaian seperti yang Putri inginkan, kira-kira siapa saja yang akan melihat Putri? Lalu, kira-kira ada tidak sih, kemungkinan bertemu dengan orang yang hendak berniat buruk? Bagaimana juga Putri bisa aman dengan baju seperti yang Putri inginkan? Pasti Putri juga tidak akan aman, baik dari gigitan nyamuk maupun udara dingin? Jadi alangkah baiknya jika Putri tetap menggunakan baju yang sopan dan anggun dengan model terbaik dan kain terbaik?" kata Bibi Avina.

Putri Azkia terdiam sejenak, sedangkan Bibi Avina membiarkan terdiam. Mungkin diamnya Putri Azkia adalah berpikir untuk menentukan pilihan.

"Baiklah, Bibi. Aku menyerahkan semuanya kepada Bibi Avina untuk pakaian pesta ini. Aku percaya sama Bibi. Maafkan aku yang telah berbuat tidak sopan kepada Bibi," Putri Azkia pun akhirnya menuruti Bibi Avina si penjahit istana.

"Baikalah, Putri Azkia. Bibi juga minta maaf ya!" balas Bibi Avina.

Bibi Avina kemudian mengukur Putri Azkia dengan alat ukur pakaian. Keduanya tampak akrab dan saling menghargai serta menjaga sopan santun dalam berbicara maupun bersikap.

--- Selesai ---

Ditulis oleh : Lina WH 

Cibubur, 08/01/2021 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun