"Ibuku tidak mengajari itu," ucap Akil kemudian.
"Nanti, coba tanyakan lagi tentang hal tersebut kepada Ibumu. Pasti Ibumu juga akan mengatakan hal yang sama dengan Bibi!" lanjut Ibu Noya.
"Baiklah kalau begitu, Bibi. Bibi pintar ya? Dulu Bibi juga sekolah, ya?" tanya Akil dengan polos, namun dianggap lucu oleh Ibu Noya.
"Iya, dulu Bibi sekolah."
"Wah, Bibi hebat!" puji Akil.
Akil pun lalu mengambil makan yang sudah tersedia di meja makan. Sedangkan Noya sudah mulai mau makan sendiri, tanpa disuapi. Ibu Noya pun ikut makan bergabung bersama Akil dan Noya.
Setelah selesai makan, mereka merapikan tempat makan bersama-sama. Mencuci piring bersama-sama, dan kemudian mencuci tangan. Setelah itu, Akil dan Noya pun menuju kamar yang berbeda untuk tidur siang.
"Ibu, aku ingin tidur bersama Akil," rengek Noya kepada Ibunya.
"Noya, kalian tidak boleh tidur bersama. Akil itu laki-laki dan Noya perempuan. Kalian berbeda, jadi harus tidur di tempat yang berbeda juga," Ibu Noya berusaha memberi penjelasan ringan kepada Noya.
"Kenapa tidak boleh, Ibu? Kan kita boleh main sama-sama. Kenapa tidak boleh tidur sama-sama?" lanjut Noya dengan pertanyaan polosnya.
Ibu Noya terdiam sejenak untuk mencari kata- kata sederhana yang mungkin bisa dimengerti Noya.