"Karena aku laki-laki, Bibi. Kata Ayahku laki-laki itu harus kuat dan tidak boleh menangis. Karena laki-laki itu harus jagain perempuan!" jawab Akil dengan polos.
"Benarkah?" kata Ibu Noya.
"Iya, Bibi! Itu benar!"
"Berarti Akil harus jagain Noya ya? Noya kan perempuan," kata Ibu Noya dengan senyumnya yang manis, supaya Akil tidak tersinggung.
Akil terdiam lalu tersenyum. Dan kemudian mendekati Noya untuk segera minta maaf.
"Noya, maaf ya! Aku salah!" kata Akil kepada Noya sambil menjulurkan tangan kanannya untuk bersalaman.
Noya mengangguk sambil menanggapi uluran tangan Akil. Saling bersalaman, dan Akil mencium tangan Noya. Ibu Akil tersenyum menyaksikan dua anak kecil berbeda karakter yang sedang dihadapi saat ini. Sangat lucu dan menggemaskan.
"Akil, kalau sama teman tidak perlu cium tangan ya," kata Ibu Noya kemudian.
Akil merasa penasaran, karena mencium tangan setelah bersalaman itu dilarang. Jika bersalaman dengan Ayah dan Ibunya, Akil selalu mencium tangan.
"Kenapa tidak boleh, Bibi? Aku selalu melakukan itu jika usai bersalaman dengan Ayah ataupun Ibuku," Akil pun mulai protes.
"Iya, itu boleh jika dengan orang yang lebih tua. Jika sesama teman, tidak perlu mencium tangan ya! Cukup salaman, kemudian dilanjut tos. Okey!" Ibu Noya pun berusaha memberikan penjelasan dengan bahasa yang sederhana..