Alokasi pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke segmen-segmen perlu dilakukan karena auditor mengumpulkan bukti per segmen dan bukan untuk laporan keuangan secara keseluruhan. Hal ini akan membantu auditor dalam memutuskan bukti audit yang tepat yang harus dikumpulkan.
Sebagian besar praktisi mengalokasikan materialitas ke akun-akun neraca dan bukan ke akun-akun laporan laba rugi, karena kebanyakan salah saji dalam laporan laba rugi memiliki pengaruh yang sama terhadap neraca akibat digunakannya sistem pembukuan double-entry.
Ketika auditor mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke saldo akun, materialitas yang dialokasikan ke saldo akun tertentu itu disebut dalam SAS 107 (AU 312) sebagai salah saji yang dapat ditoleransi.
Auditor menghadapi tiga kesulitan utama dalam mengalokasikan materialitas pada akun-akun neraca :
- Auditor memperkirakan akun-akun tertentu mengandung lebih banyak salah saji dibandingkan akun-akun lainnya;
- Baik lebih saji maupun kurang saji harus dipertimbangkan;
- Biaya audit relatif mempengaruhi pengalokasian ini.
Â
Konsep Risiko Audit
Auditor menerima beberapa tingkat risiko atau ketidakpastian dalam melaksanakan fungsi audit. Sebagai contoh, auditor mengakui ketidakpastian yang melekat tentang ketepatan bukti, ketidakpastian tentang keefektifan pengendalian internal klien, serta ketidakpastian tentang apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar ketika audit selesai dilakukan.
Â
Model Risiko Audit
Auditor menangani risiko dalam merencanakan pengumpulan bukti audit terutama dengan menerapkan model risiko audit. Model ini bersumber dari literature profesional dalam SAS 110 (AU 350) tentang sampling audit serta dalam SAS 107 (AU 312) tentang materialitas dan risiko.
Model risiko audit membantu auditor memutuskan seberapa banyak dan jenis bukti apa yang harus dkumpulkan dalam setiap siklusnya.
Model risiko audit :
PDR = AAR / (IR x CR)
Dimana :