Ketika informasi TI disaring oleh pihak non-teknis, risiko miskomunikasi dan pengambilan keputusan yang kurang tepat menjadi sangat tinggi. Oleh karena itu, pemberian akses langsung kepada pemimpin TI ke dalam forum dewan menjadi langkah penting dalam memperkuat tata kelola.
Nilai TI Tidak Selalu Harus Finansial
Salah satu poin penting dari artikel ini adalah bagaimana organisasi mulai menyadari bahwa nilai dari investasi TI tidak selalu bisa diukur dalam bentuk keuntungan finansial langsung. Investasi yang memperbaiki pengalaman pelanggan, meningkatkan loyalitas, atau memperkuat reputasi merek harus diakui sebagai bagian dari nilai tambah yang signifikan.
Dewan perlu merubah paradigma bahwa nilai TI tidak harus selalu terukur secara kuantitatif. Investasi dalam sistem keamanan siber, platform digital untuk interaksi pelanggan, atau bahkan sistem analitik internal untuk mendukung pengambilan keputusan strategis, semuanya memberikan kontribusi besar terhadap kinerja jangka panjang organisasi.
Tantangan di Era Outsourcing dan Transformasi Digital
Satu hal yang sangat menarik dari studi ini adalah kesimpulannya bahwa organisasi yang melakukan outsourcing secara besar-besaran terhadap layanan TI cenderung kehilangan kemampuan tata kelola internal. Mereka menyerahkan terlalu banyak kontrol kepada penyedia layanan eksternal, sehingga dewan tidak memiliki kendali penuh atas strategi dan risiko TI.
Dalam konteks transformasi digital saat ini, praktik seperti ini sangat berbahaya. Perusahaan tidak boleh kehilangan kemampuan internal untuk mengevaluasi dan mengarahkan strategi TI mereka. Tata kelola TI harus tetap menjadi tanggung jawab internal, dengan kerangka kerja yang jelas dan peran yang terdefinisi dengan baik di tingkat dewan.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Studi Ako-Nai dan Singh memberikan kontribusi penting terhadap wacana tata kelola TI, khususnya di tingkat dewan. Mereka menawarkan kerangka kerja yang menyatukan faktor internal, eksternal, dan karakteristik dewan untuk meningkatkan efektivitas pengawasan TI. Namun, framework ini masih perlu diuji lebih lanjut di berbagai industri dan skala organisasi.
Organisasi yang ingin tetap relevan dan kompetitif dalam era digital harus memastikan bahwa dewan direksi mereka tidak hanya paham bisnis, tetapi juga melek teknologi. Ini adalah era di mana TI bukan sekadar alat, melainkan fondasi utama pencapaian tujuan strategis.
Referensi :
Ako-Nai, A., & Singh, A. M. (2019). Information technology governance framework for improving organisational performance. South African Journal of Information Management, 21(1), a1010. https://doi.org/10.4102/sajim.v21i1.1010