"Oh iya. Saya lupa kalau temen yang sekarang adalah temen sekamar yang baru. Jadi harus diinfokan dulu," dalam hati saya.
 "Hayu, kita salat sunnah fajar. Sama dua rakaat. Lima menit sebelum adzan subuh kita salat sunnah fajar dulu. Bacaannya kalau hapal boleh Al-Imron ayat 26 dan 27 setelah Al-fhatihah. Kalau tidak hapal tidak apa-apa trikul saja, kul yang mana saja," saya menjelaskan panjang lebar.  Â
Akhirnya mereka mengikuti arahan saya setelah saya ajarkan bagaimana bacaan niatnya. Dan benar saja selesai kami melaksanakan salat sunnah fajar, kumandang adzan subuh mulai menggema. Menikmati suara adzan memang sangat menentramkan. Seakan perasaan ada di dalam genggaman kasih sayang Allah. Padahal mungkin itu hanya keinginan dari seseorang yang sedang memohon pengampunan dari Yang Maha Pengampun. Itulah kesenangan yang tak terhingga Ketika kita berada di Tanah Suci baik di Mekkah Al-Mukarromah amupun di Madinah Al-Munawwaroh.Â
Makanya kenapa kita merasa betah. Tidak hanya satu orang yang bilang seperti itu. Siapa pun yang pulang dari Tanah Suci, kalimat itu pasti diucapkannya berkali-kali. Maka tidak aneh kalau ada orang sehabis haji kemudian tahun depannya napak tilas dengan umroh. Sayangnya sekarang daftar hajinya lama. Jadi mungkin yang bisa bulak balik dengan cepat itu ya umroh. Tapi kan kata ustad, akan lebih baik kita membantu tetangga atau saudara yang kurang mampu dari pada bulak balik ke Tanah Suci sementara tetangga yang tidak mampu sama sekali tidak pernah kita pedulikan. Mangga silakan diterjemahkan sendiri saja.
Selesai menunaikan salat subuh, kami melangkah dengan hitungan bagaimana tadi kita masuk. Berarti keluarnya sekarang belok kiri langsung ketemu Lorong utama, di mana ada barisan gentong jamjam, kemudian lurus saja menuju pintu nomor 25. Dan benar sekali hitungannya. Alhamdulillah jalan menuju pulang sudah jelas terlihat di depan mata. Biasa sebelum keluar pintu, alas kaki dikeluarkan dari tas, dan setelah melewati pintu kira-kira di tempat aman untuk meletakkan alas kaki tadi, barulah kami berani memakainya kembali.
Kenapa mencari tempat aman? Khawatir Ketika kita mau memakai sepatu, kemudian membungkuk, tiba-tiba di belakang ada yang datang dan dapat dipastikan bisa saja mendorong kita, dan kitab isa terjatuh. Makanya mencari tempat yang aman.
Alhamdulillahnya di Madinah tidak terlalu padat jemaahnya, karena pemerataan tempat salat benar-benar sudah tertata dengan pengotakan tempat dan karpet yang digelar dengan teratur. Kalau sudah seperti itu, kami pulang menuju pintu gerbang 338, dan tinggal lurus berjalan di trotoar depan pertokoan menuju hotel.
Lima menit perjalanan sampailah di hotel Sanabel Al-Madinah. Kecuali kalau mau cari-cari sesuatu di pertokoan tersebut untuk oleh-oleh, pasti jadi terasa jauh, dan lambat sampai di hotel. Tapi mengingat ada informasi bahwa hari ini setelah sarapan ada citytour ke sekitar Kota Madinah yaitu, ke Masjid Quba dan jabal Uhud. Akhirnya untuk larak-lirik ke toko sebelah, ditunda dulu.Â
Kami melanjutkan perjalanan pulang dan mau langsung sarapan kemudian siap-siap untuk citytour. Semoga dapat tambahan wawasan lagi hari ini dengan napak tilas haji dan sejarah Nabi Muhammad SAW.