Anak tunarungu mampu. Yang mereka butuhkan adalah akses---bukan belas kasihan. Akses untuk belajar, bekerja, dan berinteraksi.
Mereka butuh pelatihan vokasional yang inklusif. Mereka butuh pelatihan kerja yang menghadirkan penerjemah atau pelatih yang memahami bahasa isyarat. Mereka butuh kesempatan magang, diberi kepercayaan, dan diakui kompetensinya.
Teknologi pun sebenarnya bisa menjadi jembatan: aplikasi penerjemah isyarat, subtitle otomatis, dan pelatihan daring visual. Tapi semua itu perlu dukungan kebijakan dan kepedulian sosial.
Peran Kita sebagai Guru dan Masyarakat
Tugas kami, guru SLB, tidak berhenti di dalam kelas. Kami punya tanggung jawab moral untuk terus mendorong dunia luar agar membuka telinga hati bagi anak-anak ini.
Masyarakat juga punya peran:
Mulailah menyapa mereka dengan senyuman.
Cobalah belajar satu dua isyarat.
Dukung produk buatan mereka.
Ajak mereka bergabung dalam kegiatan sosial.
Dan yang paling penting: jangan bicara tentang mereka dengan iba, tapi dengan hormat.