Mohon tunggu...
lili jajuli
lili jajuli Mohon Tunggu... Guru_Pendikan Khusus

Saya adalah seorang guru SKh (Sekolah Khusus) yang mendidik dan membimbing peserta didik berkebutuhan khusus. Dengan latar belakang pendidikan di bidang Pendidikan Luar Biasa, saya memiliki komitmen kuat untuk menciptakan pembelajaran yang inklusif, menyenangkan, dan sesuai dengan kebutuhan individual siswa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sunyi Setelah Sekolah

3 Juni 2025   13:56 Diperbarui: 3 Juni 2025   13:56 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sunyi Setelah Sekolah

Oleh: Lili Jajuli

"Bunyi lonceng tanda akhir jam pelajaran berbunyi, dan seperti biasa, mereka tersenyum, melambai, dan pulang. Tapi setelah itu... dunia menjadi sunyi. Tidak hanya karena mereka tidak mendengar, tapi karena suara mereka kian hilang dari perhatian."

Sekolah: Tempat yang Ramai oleh Harapan

Bagi anak tunarungu, Sekolah Luar Biasa (SLB) bukan hanya tempat belajar membaca atau berhitung. SLB adalah ruang aman---tempat mereka dipahami, didengar meski tanpa suara, dan diterima tanpa syarat. Di sekolah, mereka belajar bahasa isyarat, membaca gerak bibir, menulis cerita, menari, melukis, dan bermimpi.

Sebagai guru, saya melihat betapa cemerlangnya potensi mereka. Mereka mampu membuat puisi dalam bahasa isyarat. Mereka mahir menjahit, mendesain, bahkan mengoperasikan komputer dengan cekatan. Mereka bisa bekerja sama, berteman, dan bercita-cita.

Namun, semua itu seperti redup ketika mereka menanggalkan seragam sekolah. Dunia luar belum cukup ramah bagi mereka.

Sunyi yang Menyergap Setelah Lulus

Setelah lulus, banyak dari mereka kembali ke rumah dan terjebak dalam "kesunyian sosial". Tidak sedikit yang menganggur. Sulit diterima bekerja karena komunikasi dianggap hambatan. Bahkan untuk sekadar mengikuti pelatihan keterampilan, mereka ditolak karena "tidak bisa mendengar".

Sunyi ini berbeda. Ini bukan karena mereka tuli, tapi karena lingkungan yang tak memberi ruang. Ini sunyi karena suara mereka tidak diberi tempat. Masyarakat sering kali masih memandang anak tunarungu sebagai beban, bukan sebagai individu yang mampu dan berhak berkontribusi.

Bukan Tak Bisa, Hanya Butuh Akses

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun