Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Momen Kocak Idul Fitri akibat Senjang antar Generasi

5 April 2024   17:07 Diperbarui: 5 April 2024   17:10 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada momen sakral ini, para tetua biasanya duduk di sebuah kursi. Lalu, satu per satu anak cucu keturunan mereka menghampiri.

Setelah kami memulai, tibalah giliran anak-anak dan para keponakan kami.

Seorang keponakan berjongkok dan mengulurkan kedua lengannya dan meraih tangan-tangan keriput di hadapan mereka. Anak "kota" itu memulai dengan permohonan maaf kepada orang yang lahir ke dunia semasa dirinya masih berwujud entah apa.

Seakan-akan layar panggung tersingkap, pertunjukan "komedi" pun terselip di tengah-tengah prosesi syahdu semacam ini.

"Le, tak dongak-dongakke mengko nek wis gedhe iso dadi dokter, yo," harap paman kami itu bagi cucunya. Rupanya, sang kakek mendoakan cucunya menjadi dokter.

Sang cucu berusaha tetap khusyuk meskipun terlihat cukup repot menahan geli. Lah, bagaimana tidak geli?

Ada Fakultas Teknik Bisa Menghasilkan Tentara?


Saat itu sang cucu yang bersimpuh di hadapannya tercatat sebagai mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi. Bagaimana ceritanya seorang rektor kelak mewisuda lulusan Fakultas Ilmu Sosial menjadi seorang dokter?

Tentu saja kami sangat memaklumi kondisi para tetua. Keterbatasan membuat harapan mereka tak mungkin melintasi sekian generasi.

Maklumlah, mereka tak mengenal Fakultas Ekonomi atau jurusan Teknik Geodesi. Bagi mereka, masa depan yang cerah bagi anak-anak dan cucu-cucu terletak pada orang-orang berkalung stetoskop yang menggenggam jarum suntik di tangannya.

Alternatif lainnya pun tak bakal jauh melebar dari batas pandangannya.

Mereka hanya mampu membayangkan orang-orang berseragam hijau atau coklat dengan sepucuk bedil bertengger di bahu atau pistol terselip di pinggang. Orang-orang bersenjata itulah wujud profesi yang bisa diharapkan bakal mengangkat kehidupan anak-anak dan cucu-cucu mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun