Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ayah dan Buku, Sosok Pemicu Prestasi Habibie

12 September 2019   17:31 Diperbarui: 12 September 2019   17:40 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Demikian menyenangkannya jawaban seorang ayah atas pertanyaan anaknya. Jawaban seperti itu tentu akan merangsang anak semakin banyak bertanya. Risiko yang harus ditanggung orang tua, semakin dijawab anak semakin banyak bertanya.

Saat kesibukan Alwi tidak memungkinkannya untuk selalu berada di samping Rudy dan anak-anaknya yang lain, ayah bijak itu menyediakan buku-buku sebagai alternatif tempat anak-anak mencari tahu. Setelah itu, selain ayahnya, buku menjadi "guru" BJ Habibie yang lain.

Se-asyik itulah kehidupan masa kecil BJ Habibie sesuai bayangan saya setelah membaca beberapa kisah hidup sang mantan presiden.

Turunkan Ego Orang Tua
Kegemaran bertanya bukan hanya dimiliki Pak Habibie semasa kecilnya, tetapi hampir semua anak-anak. Umumnya pertanyaan yang diajukan anak-anak bukan hanya sekali atau dua kali. Sebuah penelitian yang dilakukan di Inggris menghasilkan kesimpulan bahwa setiap anak bisa mengajukan pertanyaan hingga 73 macam pertanyaan dalam satu hari.

Di antara sedemikian banyak pertanyaan anak-anak, besar kemungkinan adanya pertanyaan yang sulit dijawab. Atau kita mendapati hal-hal "tabu" untuk dibicarakan dengan anak-anak. Atau mungkin pertanyaan-pertanyaan mereka ringan saja dan gampang dijawab, tetapi nyambung terus ke pertanyaan-pertanyaan berikutnya seperti tak akan ada habisnya. Tentu pusing kepala orang tua menghadapi kondisi semacam ini.

Perihal pentingnya orang tua meladeni pertanyaan-pertanyaan anak, rasanya sudah banyak orang tua yang mengamini. Salah satu indikasi yang menunjukkan hal ini terlihat pada banyaknya artikel dan opini yang membahas cara-cara menjawab pertanyaan yang "aneh-aneh" dari anak-anak.

Urusan pentingnya buku dalam pendidikan anak pun, sepertinya sebagian besar orang tua telah memakluminya. Dan banyak referensi yang bisa kita cari. Simbah kita, Google, akan dengan senang hati membeberkannya untuk Anda.

Namun sebelum sampai kepada persoalan cara menjawab pertanyaan anak-anak, sudahkah kita memiliki kemauan untuk melakukannya? Apakah kita cukup berbesar hati untuk tidak merasa terganggu dengan pertanyaan anak-anak saat kita sedang dalam "urusan yang penting"? Apakah kita sanggup menempatkan pertanyaan-pertanyaan anak-anak yang kelihatan receh itu di atas urusan pekerjaan misalnya?

Saya kira bukan sebuah persoalan yang gampang. Saya juga sering mengalami kondisi demikian. Acap kali terjadi pergulatan batin ketika terdapat benturan kepentingan antara membersamai anak dengan urusan penting lainnya.

Jika mengingat dampak jangka panjang terhadap masa depan anak-anak, alangkah baiknya orang tua memberikan perhatian yang memadai atas urusan ini. Jika yang menjadi persoalan adalah masalah teknis seperti kurangnya pengetahuan akan bab-bab yang ditanyakan anak, mungkin bisa disiasati dengan meminta waktu guna mencari referensi. Mudah-mudahan Mbah Google memiliki kunci jawabannya.

Yang lebih menjadi persoalan adalah ego kita para orang tua ketika menjadikan pertanyaan anak-anak sebagai hal remeh-temeh yang bisa kita anggap angin lalu. Atau jangan-jangan kita malah menghardiknya, "Udah main sana! Ayah lagi sibuk nyiapin presentasi untuk besok pagi!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun