Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama FEATURED

Ternyata Melek Aksara Saja Tak Cukup

9 September 2019   17:32 Diperbarui: 8 September 2020   07:38 1733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Grafik jumlah hoaks dari berbagai sumber diolah. Dokpri.
Grafik jumlah hoaks dari berbagai sumber diolah. Dokpri.
Barangkali antara tingkat melek huruf dengan jumlah hoaks tidak berhubungan secara langsung. Namun yang pasti, para pembuat dan penyebar hoaks adalah manusia-manusia yang melek huruf. 

Sebab saluran utama penerbitan dan penyebaran hoaks adalah media sosial yang berwujud tulisan-tulisan, selain gambar dan video. Kenyataan ini mengindikasikan bahwa di antara sebagian orang kemelekan aksara digunakan untuk menebar keburukan.

Lalu lintas materi yang nyaris bebas berkeliaran tanpa hambatan di media sosial memudahkan para pembuat dan penyebar hoaks merajalela. Etika buruk orang-orang yang terlibat dalam kegiatan ini amat menyuburkan peredaran hoaks.

Salah satu bukti buruknya etika sebagian pengguna media sosial bisa dilihat melalui mesin pencari google. Hampir setiap kali mencari data atau informasi mengenai suatu hal.

Saya selalu menemukan belasan atau bahkan puluhan dan bisa jadi ratusan artikel yang sama persis atau sangat mirip tersebar di berbagai situs atau blog. Dan orang-orang ini tak memiliki itikad baik untuk menyebutkan sumber tulisan yang mereka tayangkan.

Upaya mencari popularitas atau materi secara gampang dan instan agaknya telah menjadi "pandangan hidup" banyak orang. Tak perlu heran jika kemudian iklan cara-cara instan untuk menggandakan berbagai hal termasuk melonjakkan pengikut dalam dunia maya menjadi marak.

Tingkat Literasi

Berbeda dengan angka melek aksara yang semakin tinggi, tingkat literasi penduduk Indonesia hingga kini masih berada pada tingkat dasar. 

Berdasarkan studi "Most Littered Nation In the World" yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca.

Memang ada perbedaan pengertian antara kemampuan membaca dan kemampuan literasi seseorang. Literasi lebih mengarah kepada minat. Seseorang yang bisa membaca belum tentu memiliki minat baca yang memadai.

Salah satu definisi 'literasi' yang termuat dalam KBBI adalah kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup. Definisi ini jelas menunjukkan bahwa literasi tidak sekadar kemampuan membaca.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun