Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyambut Ramadan: Larisnya Troli Belanja dan Keriuhan Anak-anak di Musala

5 Mei 2019   06:50 Diperbarui: 5 Mei 2019   07:03 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: tribunnews.com

Pada zamannya, Rasulullah dan para sahabat memberikan teladan cara mempersiapkan diri menyongsong Ramadan. Mereka sudah mulai sibuk menata diri dan lingkungannya dalam rangka menyambut kedatangan bulan suci itu setidaknya sejak bulan Sya'ban, yakni bulan sebelum Ramadan. 

Bahkan, tak sedikit riwayat yang mengabarkan bahwa persiapan menyambut Ramadan telah dilakukan sejak enam bulan menjelang datangnya bulan suci itu.

Beberapa hal yang dilakukan Rasulullah dalam menyambut Ramadan antara lain beliau menyampaikan berita gembira akan datangnya Ramadan kepada para sahabat. Tentu saja para sahabat juga menyambut kehadiran Ramadan dengan suka cita. 

Selain itu, beliau juga menyampaikan keutamaan dan keistimewaan bulan Ramadan. Kemudian kesempatan menyambut bulan Ramadan juga dimanfaatkan untuk saling bermaafan di antara mereka.

Sementara saat ini, saya masih tak terlalu mengingat bulan penuh berkah ini bahkan ketika kehadirannya tinggal menghitung hari. Padahal, sesuai materi khutbah Jumat yang saya ikuti dua hari yang lalu, Ramadan diperkirakan sudah akan hadir esok hari.

***

Kemarin siang saya agak heran mendapati suasana yang cukup berbeda pada sebuah pusat perbelanjaan tak jauh dari tempat tinggal saya. Pusat perbelanjaan ini  memang sangat populer di kalangan warga sekitar karena stok barang yang relatif lengkap dengan harga yang "miring".

Ketika mobil saya baru mau memasuki lahan parkir, kami sudah dihadang kemacetan yang lumayan panjang. Deretan mobil mengantre di depan pintu masuk tempat parkir hingga pinggir jalan raya. Maka, kami pun cukup bersabar sekian lama. Waktu itu, saya dan salah seorang anak saya akan mencari sebuah barang di salah satu toko dalam kompleks pusat perbelanjaan tersebut.

Selepas dari permasalahan di area parkir, keheranan saya bertambah saat menyaksikan stok troli yang biasanya berderet-deret kini nyaris kosong. Yang tampak di sana hanya seorang ibu yang tengah mencoba-coba sebuah troli bobrok yang biasanya dicuekin orang. 

Karena sangat membutuhkannya, sang ibu memaksakan diri "menyetir" kereta belanja yang berjalan oleng dan terlihat susah dikendalikan itu.

Ingatan saya akan Ramadan baru tergugah ketika pandangan mata menatap hiasan-hiasan berwujud miniatur masjid, padang pasir dan gambar beberapa ekor unta. Hiasan itu terpampang di depan pintu masuk pasar swalayan. Kemudian di lapak-lapak super market terlihat deretan berbagai jenis kurma, sirup dan beberapa macam sajian khas bulan Ramadan.

Sejak itu, saya baru kembali menyadari bahwa beberapa hari terakhir ini merupakan hari ibu-ibu belanja kebutuhan Ramadan. Pantas saja pelataran parkir penuh sesak dan persediaan troli laku keras. Untung saja tujuan kami bukan untuk belanja sehingga tidak ikut terjebak dalam desak-desakan orang mengumpulkan barang dan mengantre di depan kasir.

***

Petang harinya menjelang Magrib, di musala kompleks perumahan yang saya tinggali terdengar riuh suara anak-anak. Belasan anak-anak berbagai usia, mulai balita hingga usia awal sekolah dasar, tampak berkeliaran di teras dan dalam musala.

Sebagian berkejar-kejaran, yang lainnya main lempar-lemparan apa saja yang tergenggam di tangan dan ada juga yang ngobrol sembari cekikikan. Mereka terlihat tak acuh terhadap kondisi sekelilingnya, termasuk adanya orang yang khusuk berzikir atau mengaji. Seperti itulah dunia normal mereka.

Orang tua mereka yang juga berada di musala, sebentar-sebentar mengingatkan anak-anak dengan isyarat jari telunjuk yang ditempelkan di depan bibirnya. Namun kelihatannya sebagian anak tidak didampingi orang tua mereka. Barangkali bapaknya masih sibuk mencari nafkah dan ibunya sedang memilih-milih sayuran dan sirup di pasar atau mini market.

Kesemrawutan musala oleh tingkah anak-anak tak berhenti meskipun Pak Imam telah mengumandangkan takbiratul ihram. Beberapa anak yang sudah masuk ke dalam saf masih tetap ribut dan saling mendorong. Sementara itu, anak-anak yang lebih kecil menyusup-nyusup di bawah sarung orang-orang dewasa. Ada juga yang berlarian mondar-mandir di depan saf orang dewasa.

Dalam sebuah bab dalam buku "Prophetic Parenting", dijelaskan bahwa Rasulullah meminta kepada para imam masjid untuk memendekkan bacaan salat sebagai bentuk keringanan bagi anak-anak. Hal ini merupakan bukti bahwa anak-anak dibolehkan ikut salat di masjid.

Namun demikian, dalam buku karya Dr. Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid ini juga dipaparkan bahwa keputusan orang tua untuk membawa anak-anak ke masjid harus dilakukan ketika anak sudah bisa menjaga kebersihan dan membersihkan hajatnya sendiri. 

Selain itu, anak-anak juga harus sudah mempelajari adab saat berada dalam masjid seperti masuk dengan tenang, meletakkan alas kaki pada tempatnya, tidak mengganggu orang lain dan sebagainya.

Anak-anak usia balita hingga awal sekolah dasar mungkin belum mampu memahami dengan benar adab berkegiatan dalam musala. Namun kebiasaan berinteraksi di tempat ibadah semoga menimbulkan keakraban anak-anak dengan tempat itu. 

Dan kelak ketika anak-anak telah beranjak dewasa, mereka tak merasa terbebani untuk selalu bertandang ke tempat yang seharusnya rutin dikunjungi setiap muslim.

Selain itu, di balik keributan mereka, keberadaan anak-anak di musala tetap mendatangkan manfaat. Hari itu, anak-anak telah menutup "lubang-lubang" saf pertama yang tak terisi orang dewasa serta mengisi kekosongan barisan makmum kedua karena nyaris tak satu pun orang dewasa berdiri di sana.

Referensi:
Ajaran Rasulullah SAW Menyambut Ramadhan
Cara Rasulullah Menyambut Ramadhan
"Prophetic Parenting; Cara Nabi Saw Mendidik Anak", Dr. Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid, Pro-U Media, Yogyakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun