Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Orang yang Kita Tolong adalah Orang yang Menolong Kita

25 November 2018   13:31 Diperbarui: 25 November 2018   18:32 657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
suaramuhammadiyah.id

Ketika kita menolong seseorang yang membutuhkan pertolongan kita, sebenarnya pada saat yang sama orang itu sedang menolong kita. Menurut saya, setidaknya ada dua prinsip yang melatarbelakangi pendapat ini. Kedua prinsip itu, satu bersifat langsung dan yang lain tidak langsung.

Prinsip pertama, menolong orang menimbulkan kebahagiaan bagi orang yang kita tolong. Selanjutnya kebahagiaan orang mengimbas pada kebahagiaan kita. Ini merupakan dampak positif langsung yang bisa kita rasakan seketika itu juga.

Seuntai kalimat indah yang ditulis oleh Dr. Aidh al-Qarni dalam buku "La Tahzan", bisa mewakili kondisi ini.

"Wahai orang yang merasa terancam oleh himpitan kesengsaraan, kecemasan dan kegundahan hidup, kunjungilah taman-taman kebajikan, sibukkan diri kalian dengan memberi, mengunjungi, membantu, menolong dan meringankan beban sesama. Dengan semua itu, niscaya kalian akan mendapatkan kebahagiaan dalam semua sisinya; rasa, warna dan juga hakekatnya."

Banyak pengalaman bisa menjadi contoh yang menunjukkan situasi seperti ini. Sebuah contoh sederhana akan saya kemukakan. Suatu ketika kita memberi sekeping atau beberapa helai uang kepada seorang nenek-nenek yang meminta-minta di perempatan jalan.

Sesaat setelah menerima pemberian itu, wajah si nenek akan berubah menjadi cerah karena gembira. Menyaksikan wajah si nenek berubah ceria, tentu di hati pun langsung tersembul rasa bahagia.

Setelah menyampaikan sebentuk pemberian semisal sedekah, meskipun hanya sereceh uang logam, biasanya ada semacam tambahan rasa gembira. Apalagi jika nilai uang yang kita sodorkan kira-kira cukup untuk ditukar dengan beberapa bungkus nasi dengan lauk sekadarnya, pasti suasana "plong" semakin terasa.

Itu baru sedekah kecil. Bagaimana dengan pemberian rutin kepada orang tua, dukungan modal untuk saudara atau bantuan uang sekolah untuk keponakan misalnya. Tentu jiwa kita semakin dililit rasa bahagia.

Prinsip yang kedua, benih energi positif yang kita tanam di hati orang yang kita tolong suatu saat akan berbuah. Buahnya bisa berwujud macam-macam, salah satu di antaranya doa yang dipanjatkan orang bagi keselamatan serta kebaikan kita dan keluarga kita.

Masih dengan contoh si nenek-nenek. Selain "wabah" kegembiraan, ada pula tambahan bonusnya. Karena mendapatkan "sedikit" saja kebaikan kita, mungkin kita akan segera mendengar sang nenek nyerocos mendoakan kita panjang lebar. Isi doa yang dikumandangkannya bisa jadi amat banyak jika dibandingkan pemberian kita. Doa yang sering saya dengar antara lain supaya kita diberi kemudahan dalam memperoleh rezeki, diberi kesehatan, selamat dalam perjalanan dan masih banyak lagi doa lainnya.

Pada bagian lain dalam bukunya, Dr. Aidh al-Qarni menuliskan, "Tangan-tangan menengadah mendoakan Anda, dan bibir memuji atas kebaikan yang Anda berikan. Sesungguhnya, pujian itu adalah nyawa kedua, anak yang abadi, warisan yang awet, serta peninggalan yang diberkahi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun