Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Panjat Pinang yang Mencerdaskan

17 Agustus 2018   13:52 Diperbarui: 17 Agustus 2018   14:31 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Batang pinang hanyalah komoditi musiman. Nyaris tak terdengar di hari-hari biasa, sontak melenting di acara tujuh belasan. Ia menjelma sebagai barang paling berharga di bulan kemerdekaan.

Adakalanya batang pinang menyuguhkan kerakusan. Melalui batang pinang, kita menyaksikan orang-orang mengedepankan otot beradu ketamakan. Menginjak-injak kepala tanpa rasa sungkan. Kalap meraup keinginan yang melampaui kewajaran.

Namun di saat berbeda, batang pinang memuliakan kebersamaan. Hal yang ketara pada tubuh-tubuh yang saling mendukung dalam satu tujuan.

Dalam panjat pinang tersembul keberanian. Dengan balutan kelam minyak dan anyir keringat, para pemanjat menantang ketinggian. Pekikan semangat menyasap keraguan.

Panjat pinang sarana menyemai harapan. Suatu saat, di ujung batang tercitra gelantungan buku-buku sarat ilmu pengetahuan. Para lelaki berselimut tekad menggapai-gapai masa depan.

Maka, panjat pinang bukan sekadar hiburan. Ia memiliki dimensi keluasan. Hasrat adanya pilihan yang mencerdaskan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun