Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membikin Anak Keranjingan Membaca

17 Mei 2018   06:32 Diperbarui: 17 Mei 2018   07:10 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membikin Anak Keranjingan Membaca (Foto Pribadi)

Pada momen Hari Buku Nasional ini, saya mencoba mengingat kembali pengalaman belasan tahun mengupayakan budaya baca buku di rumah kami. Saya sangat bersyukur bahwa kami--saya dan istri-- lumayan mencintai buku. Sejak sebelum menikah, kami telah membayangkan bahwa suatu saat kelak kami akan menjadikan salah satu sisi rumah kami sebagai perpustakaan keluarga.

Memang belum sampai tahap "gila" membaca, tapi kehidupan rumah tangga kami tak pernah lepas dari si jendela dunia itu. Buku menjadi salah satu referensi kami menghadapi berbagai persoalan hidup. Melihat besarnya manfaat buku, maka kami pun bertekad agar keturunan kami juga memiliki perasaan sama terhadap buku.

Dalam tulisan ini, saya akan menceritakan upaya kami "menggiring" anak-anak kami untuk dekat dengan buku dan menjadikan membaca buku sebagai salah satu kegiatan yang mereka sukai. Karena tulisan ini cukup panjang, saya membaginya menjadi beberapa bagian. Dan ini adalah bagian pertama.

Menghimpun Ilmu Sebelum Beraksi

Tidak ada pola atau strategi khusus yang kami terapkan untuk menggapai cita-cita kami tersebut. Namun sambil mengingat-ingat kisah masa lalu, saya mencoba memformulasikan beberapa langkah yang telah kami jalani.

Langkah pertama adalah menghimpun ilmu yang cukup sebelum memulai aksi. Sebab amal tanpa dasar ilmu yang cukup justru bisa merusak alih-alih memperbaiki. Hal itu disampaikan oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz, "Barang siapa yang beramal tanpa disertai ilmu, maka amalnya lebih banyak merusak daripada memperbaiki."

Meminjam kalimat orang sibuk "disebabkan keterbatasan waktu", kami memilih buku sebagai sumber ilmu yang bisa kami akses setiap kami punya waktu. Ini pun sesuai dengan minat kami, sehingga mudah-mudahan kami bisa melakukannya dengan sepenuh hati. Dengan keterbatasan anggaran yang kami miliki, kami pun merambah beberapa toko buku melakukan perburuan.

Sebagai hasil perburuan, kami mendapatkan tiga buku yang khusus membahas tema ini. Mereka terdiri dari dua buku terjemahan dan satu produk domestik. Buku pertama adalah "Parents Who Love Reading, Kids Who Don't" karya Mary Leonhardt yang terbit tahun 1995. Berikutnya buku "Agar Anak Anda Tertular "Virus" Membaca" karya Paul Jennings yang mulai beredar tahun 2006. Dan yang terbaru tulisan Mohammad Fauzil Adhim "Membuat Anak Gila Membaca", terbit 2015.

Ketiga buku tersebut tidak kami peroleh dalam waktu bersamaan. Satu buku telah berada di tangan kami sebelum kelahiran anak-anak kami. Buku berikutnya hadir pada sekitar setengah perjalanan kami mengakrabkan anak dengan buku. Dan buku terakhir boleh dibilang sangat terlambat datangnya, sebab kami peroleh setelah anak-anak "terlanjur" remaja. Di luar ketiga buku itu, kami tetap mencari dan mengadopsi sumber ilmu yang lain, termasuk beberapa buku yang tidak secara khusus membahas masalah tersebut.

Langkah kedua pastinya melahap ketiga sumber ilmu tersebut, sesuai masanya. Tentunya ditambah ilmu-ilmu dari sumber lain. Berdasarkan paparan dari para ahli dan praktisi, kami memperoleh beberapa panduan yang umum berlaku antara lain:

  • Akrabkan anak dengan buku sejak dini
  • Ciptakan suasana rumah yang nyaman untuk membaca
  • Beri teladan agar anak-anak gemar membaca
  • Katakan dengan buku
  • Minimalisir hambatan interaksi anak dengan buku (misalnya televisi dan gawai)

Itulah "kaidah" umum yang disampaikan sebagian ahli dan praktisi. Namun disamping "aturan" umum itu, tentu ada pula perbedaan atau variasi metode dari masing-masing orang. Saya akan menyampaikan beberapa variasi khusus dari ketiga penulis yang telah saya sebutkan di atas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun