Sore itu, Asep masih mencari botol-botol bekas untuk dijual ke pengepul rongsok di desanya. Asep berkeliling sampai ke desa tetangga mencari botol plastik bekas dari tempat sampah yang satu ke yang lain. Asep harus mendapatkan satu karung botol plastik untuk dijualnya ke pengepul.
Asep melakoni pekerjaannya mulai dari jam 8 pagi kadang sampai jam 8 malam atau jam 9 malam ia baru sampai di rumah. Asep merupakan anak yatim piatu, ia tinggal bersama kakek dan neneknya. Asep memiliki seorang adik bernama Ujang.
Asep terpaksa harus berhenti sekolah pada saat ia duduk di bangku kelas 4 SD. Melihat teman-temannya yang memiliki tas, seragam sekolah dengan buku-buku pelajarannya, Asep merasa malu. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk berhenti sekolah dan memilih untuk mencari rongsok. Hasil rongsok yang didapatkan kemudian ia jual ke pengepul.
Uang yang didapatkan memang tidak seberapa paling banyak ia mendapatkan Rp 20 ribu dari hasil mencari rongsoknya. Kadang ia hanya mendapatkan Rp 3000 dalam saja dalam sehari. Uang yang didapatkannya, ia berikan kepada neneknya untuk membeli beras ataupun lauk untuk makan sehari-hari.
Makan sehari-harinya sangatlah sederhana, nasi dengan tempe goreng sudah menjadi lauk yang istimewa bagi Asep dan keluarganya. Namun ketika hasil yang didapat tidak seberapa mereka hanya bisa memakan nasi dengan garam.
Usia Asep memang belum cukup umur untuk mencari pekerjaan, tetapi karena kondisi keluarga yang memaksanya akhirnya mau tidak mau ia harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kadang ia pun ke pasar menjadi kuli angkut dan memabtu memabwakan belanjaan ibu-ibu di pasar. Ia tidak bisa mengandalkan dari kakek dan neneknya karena usia mereka yang sudah terlampau tua, bahkan penglihatan dan pendengarannya pun sudah samar-samar, berjalan pun sudah susah.
Ia dan keluarganya tidak bisa mengharapkan bantuan dari siapapun. Anak-anak dari kakek neneknya semuanya tinggal di luar Pulau Jawa. Mereka tinggal di rumah yang beralas dan berdinding anyaman bambu. Untuk listrik pun hanya mampu memasang beberapa watt saja untuk penerangan saat malam hari.
Ujang adiknya sudah berumur 7 tahun. Ujang terkadang ikut mencari rongsok bersama Asep, kadang juga Ujang tinggal di rumah bersama kakek dan neneknya mencari kayu bakar di kebun untuk memasak. Ujang saat ini duduk di kelas 1 SD , ia bersekolah di SD yang ada di desanya.Â
Jaraknya jauh sekitar 3 km dari rumahnya. Ia pun harus berjalan kaki ke sekolahnya dengan berbekal tas dan sepatu yang ditemukan Asep saat mencari barang rongsokan.
Suatu hari Ujang meminta sarung kepada Asep untuk mengikuti pesantren ramadan yang diadakan sekolahnya. Apalagi Ujang tidak memiliki celana panjang yang layak digunakan. Celananya pendek, adapun celana yang panjang tapi sudah robek di kanan dan kirinya. Ia malu untuk memakainya ke sekolah.