Awalnya, saya baik-baik saja menjadi seorang single mom dari seorang anak extrovert. Namun seiring waktu, tingkat kesulitannya mulai bertambah.
Ketika anak memasuki usia sekolah, satu-satunya pilihan yang saya miliki hanya homeschooling. Disini mulai terasa betapa saya tersiksa karena kehilangan waktu untuk sendiri.
Saat malam berbaring di ranjang, sering saya temukan banyak otot yang tegang dan kaku. Yah, ketika ada hal yang tidak saya sukai tapi terpaksa saya telan bulat-bulat, pasti akan ada bagian tubuh yang memberikan penolakan.
Inilah problema introvert yang paling utama. Rasa tidak suka, marah, atau emosi negatif lainnya, merusak bahkan menggerogoti bagian-bagian dalam tubuh.
Masalah akan semakin berat, jika si introvert itu termasuk ke dalam jenis HSP (Highly Sensitive Person), orang yang sangat sensitif. Emosi negatif ibarat mesin perusak kesehatan tubuh, yang tidak terbantahkan.
Seorang teman bahkan pernah bercanda mengatakan, “Membunuh seorang introvert mudah. Intimidasi saja setiap hari hingga sakit atau meninggal dengan sendirinya.”
Ucapan tersebut benar, sebab introvert adalah orang yang senang menumpuk ‘sampah’ di dalam dirinya sendiri. Yang akibatnya adalah menghancurkan kesehatannya.
Nah, karena hal itu, saya bersyukur memiliki kesempatan untuk mengenal apa itu meditasi. Dengan meditasi, saya belajar untuk tetap sehat saat menghadapi berbagai hal yang negatif.
Sekalipun parenting terlihat remeh, ternyata hal-hal paling menyakitkan justru datangnya dari sini. Apalagi saat menghadapi anak kecil yang belum tahu apa-apa.
Meditasi tidak menyelesaikan masalah-masalah parenting. Namun lewat meditasi, saya belajar melepaskan semua ‘sampah-sampah’ hati. Dan dengan demikian, tubuh saya pun terbebas dari rasa sakit.
Parenting Ala Introvert
Inilah cara yang saya lakukan untuk menghadapi si extrovert kecil sehari-hari:
- Bangun lebih awal