Ketika rintik membasahi ingatan
Paling purba
Daun namamu kembali bertandang
Mengetuk jendela mata
yang tak pulas dinyanyikan tik-tik hujan
Halaman rumah yang sebelumnya bersih
Kini bergelimang sampah kenangan
Air mata pun mengalir
Mengikuti arusyang entah di bendungan mana hendakmeruah
Aku tidak pernah bisa
Untuk tidak kuyup luka
Di saat hujan menderas
Membuka bocoran genting dada
yang belum sepenuhnya tertambal
Aku pun tidak pernah meminta pada petir
Bergemuruh membuka tabir rindu.
Kau dan rasa ini hadir bersama gerimis
Sedang aku belum kuat dengan tanggul
Paling kokoh
Ah, langit!
Kau tersengut-sengut,
Aku hanyut dalam genangan lukaku sendiri.
Sarjo, 06 November 2019