Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama FEATURED

Apakah Indonesia Siap Merespon Multi-Bencana di Tengah Serbuan Corona?

21 Maret 2020   06:00 Diperbarui: 11 April 2021   07:25 4272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Ilustrasi virus Corona atau Covid-19 (KOMPAS.COM/FIRMAN TAUFIQURRAHMAN)

Kiyoshi Kurokawa pimpinan Komisi investigasi independen dari bencana nuklir Fukushima mengatakan bahwa banyak bencana terjadi karena campur tangan manusia, dan bahkan bisa dikatakan sebagai ‘man made’, karena kegagalan negara membuat keputusan yang tepat dan cepat dalam tanggap bencana.

Ia menambahkan bahwa seringkali birokrasi di pemerintahan tak mampu menjalankan perannya secara efektif. Ia mengkritisi kerja pejabat pemerintah yang hanya menjalankan tugasnya ketika semuanya tercantum dalam undang undang (the Japan Times News, Maret 2020).

Kiyoshi membandingkan tanggap bencana virus Corona di Jepang dengan di Korea Selatan yang ia nilai berhasil membatasi berkembangnya kasus dan korban karena pemerintahnya secara proaktif menyelenggarakan penapisan pasien yang terkena virus Corona melalu cara ‘drive through’.

Di lain pihak, situasi di sektor swasta yang lebih ‘lincah’ tinimbang di birokrasi pemerintahan membuahkan pembelajaran baik bagi perusahaan Jepang seperti Sony dan Toyota.

Kedua perusahaan menggunakan pengalaman mengelola perusahaan pada situasi bencana bencana sebelumnya untuk mengatur kinerja perusahaan dalam situasi sulitnya pasokan suku cadang dari Cina akibat bencana wabah virus Corona. Kedua perusahaan Jepang belajar ini bahwa kapasitas untuk membuat kajian risiko, dan menentukan prioritas tahapan kerjanya.

Terdapat catatan menarik yang mungkin kita perlu pula belajar. Tingkat ketidakpastian dari bencana wabah virus Corona adalah yang membedakannya dengan bencana alam.

Untuk bencana alam, kerusakan terbesar dihitung setelah gempa terbesar terjadi dan berakhir. Sementara Covid-19 bagaikan sebuah bencana alam besar yang berjalan dari satu wilayah dan menyebar ke wilayah lain dan karena cakupannya yang mendunia, menjadikannya jadi sulit diprediksi.

Bahkan terdapat analogi bahwa bencana wabah Corona seperti bencana alam besar yang "diputar" dalam gerak lambat atau slow motion. Proses kematian korban terjadi setahap demi setahap, pelan tetapi terus secara progresif bertambah jumlahnya menjadi ribuan. Begitu pula kerusakan ekonomi dan sosial yang menyertainya juga terjadi secara gradual.

Sebuah analogi yang menarik, namun ngeri untuk membayangkannya karena ini sangat dekat dengan realita. Oleh karenanya, biila multi-bencana terjadi pada saat ini, maka sulit kita membayangkan kemampuan pemerintah untuk merespon kompleksitas yang akan muncul. Naudzubillah himindalik. Mudah mudahan ini tidak pernah terjadi.

III. Aspek Terpenting Suatu Sistem Kesiapsiagaan Bencana. 

Terdapat setidaknya 8 aspek penting untuk terbangunnya sistem kesiapsiagaan bencana yang efektif. Ini untuk situasi bencana yang umum, yang dapat belaku untuk bencana alam maupun wabah penyakit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun