Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Apa yang Saya dan Perempuan akan Dapatkan dari Pemilu 2019?

16 April 2019   03:53 Diperbarui: 16 April 2019   08:19 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi theconversation.com

Dalam kampanyenya, perempuan pekerja migran diharapkan untuk tidak meninggalkan suami dan keluarganya. Untuk itu, mereka mengatakan bahwa ijin kerja ke luar negeri seharusnya hanya diberikan kepada laki laki.

Ini tentu cukup menggelisahkan. Risiko dari implementasi pemikiran tersebut adalah akan ditemukan peningkatan jumlah perempuan pekerja migran tanpa dokumen. Artinya mereka akan lebih tidak terlindungi.

Penggunaan argumentasi ketahanan keluarga yang mengadvokasi agar perempuan tidak bekerja di ruang publik, melainkan kembali ke rumah agak sulit dipahami.

Selama ini berbagai pihak memperjuangkan keadilan ruang dan kesempatan bagi perempuan dan laki laki, agar keduanya bisa berperan aktif di dua wilayah kehidupan -- ruang publik dan keluarga. 

Seperti yang saya sampaikan di artikel saya beberapa hari yang lalu tentang Partisipasi Perempuan di Ekonomi adalah Tanggung Jawab Bersama, biasanya perempuan akan dianggap penyebab anak yang nakal, tidak berprestasi atau 'gagal'. Perempuan bekerja dipersalahkan ketika generasi muda bangsa ini menjadi berantakan. Mengapa tidak didiskusikan begitu banyak anak anak yang berhasil padahal ibunya bekerja, atau bahkan menjadi orang tua tunggal. 

Dyah Ayu Kartika menyampaikan bahwa nilai nilai konservatif ini akan cukup menyebar luas karena terdapat caleg perempuan, Azizah, misalnya, yang tentu memiliki banyak konstituen karena ia pernah menjadi Ketua PKK ketika sang suami, yang merupakan mantan Walikota Depok Nur Mahmud Ismail,

Kita baru membicarakan pandangan Caleg perempuan. Tentang bagaimana pandangan Caleg laki laki tentang keadilan dan kesetaraan perempuan dan laki laki akan saya serhkan penilaiannya pada anda. 

Nilai nilai yang kita bicarakan di atas menjadi penting untuk diamati dan dipahami. Ini situasi yang berbeda dibandingkan dengan Pemilu 2004 dan 2009, serta 2014.

Pada ketiga Pemilu tersebut, Caleg perempuan dari partai manapun bersatu dan diharapkan memiliki pandangan yang progresif untuk memajukan perempuan dan negaranya. Juga mereka memiliki program 'women vote women'. 

Jadi, seberapa perempuan pemilih di Indonesia akan mendapat manfaat dari Paslon Capres Cawapres serta Caleg Caleg, baik Caleg perempuan maupun Caleg laki laki di Pemilu 2019 ini? Seberapa aspirasi serta suara kita sebagai perempuan didengar dan dipertimbangkan oleh mereka yang kita pilih itu? 

Sebagai perempuan, saya mengingatkan diri saya sendiri akan perlunya menghitung manfaat Pemilu 2019 bagi saya dan perempuan lainnya. Apakah saya hanya akan menyoblos? Apakah saya hanya jadi mesin untuk memenangkan Pemilu 2019 bagi paslon dan Caleg tertentu? Ataukah saya akan menjadi pemenang, berdaya, dan berkemajuan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun