Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Apa yang Saya dan Perempuan akan Dapatkan dari Pemilu 2019?

16 April 2019   03:53 Diperbarui: 16 April 2019   08:19 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi theconversation.com

Masih banyak rekan Kompasiana lain yang saya tidak sebutkan di sini, yang memiliki pemikiran dan spirit keadilan. Mereka menulis tentang banyak hal yang memperjuangkan keadilan dan kesetaraan antara perempuan dan laki laki, agar dunia ini bisa menjadi tempat yang nyaman bagi keduanya.

Di luar Kompasiana, saya bisa menyebutkan laki laki feminis, antara lain KH Dr Husein, KH Dr Quraish Shihab, KH Dr Nasaruddin Oemar, KH Dr Maruf Amin dan juga almarhum Gusdur.

Walau kita telah berjuang lama dan perempuan dilindungi oleh Piagam Persatuan Bangsa Bangsa. Masih terdapat banyak isu ketidakadilan gender yang berakar kuat dalam budaya kita. Kekerasan terhadap perempuan, kekerasan seksual, terbatasnya akses pada air, tanah, teknologi, waktu, ilmu pengetahuan, pendidian, kesehatan, keuangan, infrastruktur, di samping partisipasi perempuan yang rendah dalam politik. 

Mungkin anda ingat kalangan DPR yang mana yang menolak disyahkannya RUU Penghapusan Kekerasan Seksual? Pada saat yang sama, kita terus menemukan bahwa korban perkosaan terus meningkat dan pelaku gentayangan. pakah ini tidak mewakili keresahan kita sebagai perempuan? 

Dalam hal perbedaan pandangan antara Caleg perempuan yang konservatif dan mereka yang telah bekerja lama di akar rumput, upaya untuk menjembatani dialog di antara keduanya adalah penting, karena pada akhirnya mereka akan bertemu dalam diskusi di ranah kongkrit.

Pemunculan Gerakan dan Gelombang Perempuan yang Baru (tapi dengan nilai lama dan konservatif?)

Terdapat hal baru. Peran 'emak emak' sebagai relawan dan peserta kampanye pada Pemilu 2019 sangat signifikan. Peran 'emak emak' ini diakui oleh Capres 02, Prabowo dalam debat putaran kelima. Emak emak' ini berpanas di bawah matahari, bekerja keras dan semangat melakukan kampanye dari pintu ke pintu.

Yang menarik, Tirto.id memberitakan bahwa meski Prabowo dan Sandi mengklaim berada di pihak emak-emak, mereka tidak secara eksplisit memasukkan isu gender dalam visi-misi mereka. Jadi, apa alat tagih perempuan?

Secara pribadi, saya risih ketika terminologi 'emak emak' muncul dalam politik. Saya kuatir terminologi 'emak' yang kita hormati nantinya jeblok karena dipolitisasi.

Dicatat oleh Dyah Ayu Kartika bahwa, "Emak-emak' dari Partai Keadilan Sosial (PKS) pada kampanye di beberapa wilayah, seperti di Bekasi, bahkan lebih besar dibandingkan dengan laki-laki. Dan, sebutan 'the power of emak emak' mewakili gambaran peran perempuan akar rumput yang menjadi mesin kampanye untuk Paslon Capres dan Cawapres Prabowo dan Sandi", demikian tulisan itu. 

Yang menarik tetapi aneh, gerak kerja 'Emak emak' ini pada umumnya dikaitkan dengan dukungan kepada politikus senior laki laki, tetapi bukan dukungan pada politis perempuan. Tiadakah pemimpin perempuan di antara 'emak emak' itu? Juga, dicatat bahwa banyak perempuan muslim konservatif melakukan kampanye dengan cara cara baru dan unik dalam Pemilu 2019. Mereka  menggunakan medsos dan majelis taklim dalam kampanyenya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun