Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Terima Kasih, Eyang Hippocrates!!

16 Januari 2019   13:54 Diperbarui: 16 Januari 2019   15:42 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Pagi itu, sepert biasa, saya duduk di depan laptop. Bekerja. Menulis. Mengecek dan menjawab email. Menyusun jadwal kerja tahun 2019. Bedanya, ini saya lakukan di kursi tinggi di rumah adik saya di Semarang. Kaki saya yang pendek menggantung di kursi.

Tiba tiba saya dengar pintu diketuk. Ada tamu. Segera, refleks saya berdiri dari kursi, untuk melangkah membuka pintu. Entah bagaimana, saya turun landas tidak sempurna. Tulang kaki saya saling beradu. Mengaduh, saya mencoba, tapi tidak mampu berdiri. Saya beringsut, 'ngesot' bahasa Jawanya. Mencoba duduk di tangga tak jauh dari tempat saya terjatuh.

Sambil mencoba bangkit, saya mengingat ingat apa yang terjadi. Saya lupa bahwa kaki dan lutut kanan saya memang sedang ada masalah. Saya duga, beradunya secara keras kaki saya membuat lutut berontak karena memar. Saya hanya mempersilakan tamu untuk masuk.

Adik saya menemani sang tamu dan mereka bercakap.

Pelan, sambil menahan sakit, saya beringsut dengan kaki kiri saya masuk ke kamar yang tidak jauh dari tangga. Akhirnya, saya terkapar.

Ya Allah, sakitnya kaki kananku. Daerah betis dan tulang paha sakit luar biasa. Seperti kram panjang yang tak berhenti. Lutut membengkak.


Karena saya sedang di tengah pekerjaan saya membuat catatan, saya mencoba melanjutkan pekerjaan. Saya masih mencoba meraih kabel daya laptop, ketika enerji laptop sudah menipis. Susah payah.

Mata saya mencoba membaca tulisan yang ada di laptop. Pikiran mencoba membaca dan membalas 'email. Tapi fokus saya hilang.

Kaki kanan saya sakit, meminta perhatian. Akhirnya hati kecil saya bicara. "Kakimu memang sakit. Sudahlah. Pahami". Saya menunggu di kamar. Menunggu suara adik saya mempersilakan tamu yang pamit. Menunggu ia memasuki kamar. Sekitar 2 jam saya menunggu. Suara itu tidak terdengar. Dan, kandung kemih sayapun minta perhatian. Saya tidak tahan. Saya harus ke kamar kecil.

Dengan susah payah dan menahan kesakitan yang luar biasa, saya berjalan dengan satu kaki ke kamar kecil. Jarak itu hanya 3 meter tetapi rasanya jarak tempuh perjalan saya bagai perjalanan Jakarta - Puncak di akhir pekan. Lambat, dan beberapa kali macet. 

Kaki kiri yang semula kuat mengganti peran, akhirnya oleng.

Adik saya akhirnya melihat saya. Dia menjerit bertanya tentang apa dan mengapa. Saya coba jelaskan. Saya baru saja jatuh, kaki kanan tidak bisa jalan, dan ingin in ke kamar kecil. Tentu itu tak jelas. Tapi, saya harus selesaikan tugas urusan kandung kemih.

Setelah berurusan dengan kehebohan urusan kamar kecil, adik saya telah siap dengan taksi. Dengan berbagai strategi, mulai dari 'mengesot' sampai menaiki kursi kerja beroda, kami akhirnya sampai di kursi taksi dan melaju ke

Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit Telogo Rejo di Semarang. Proses selanjutnya lebih mudah. Seorang petugas keamanan dan seorang perawat telah menyambut dengan tempat tidur beroda. Mereka segera membawa saya ke UGD. 

Adik saya menyelesaikan urusan administrasi. Dengan menahan sakit, saya mencoba menjawab semua pertanyaan perawat. Dokter ortopedi yang kebetulan sedang berada di tempat segera datang. Mengecek. Dokter muda itu menawarkan suntikan penawar sakit. Tentu saja saya hanya mengiyakan. 

Akhirnya disepakati bahwa saya ke ruang radiasi, mengecek kondisi tulang. Pemeriksaan dilakukan, dan diputuskan saya dirawat inap.

Seperti dugaan saya, osteo artitis saya memburuk. Ini memang persoalan lama, karena persoalan kesehatan juga. Kondisi akhir akhir ini yang sering membuat saya membawa beban berat dan melakukan kegiatan yang bertopang pada kaki memperburuk kondisi.

Perawatan yang saya terima  cukup sederhana. Saya menerima suntikan pereda sakit, suntikan penetralisir lambung karena dampak samping obat pereda sakit. Itu saja. 

Namun karena ada risiko terjatuh, saya terpaksa melakukan semua kegiatan di atas tempat tidur. Juga, saya dipasang tanda 'Fall risk' di salah satu tangan saya. Perawat menjelaskan, bahwa saya punya risiko terjatuh. Oleh karenanya, tanda dipasang, agar perawat yang bertugaspun waspada. Tempat tidur juga ditutup dengan pagar pengaman.

Selebihnya, saya tidur. Tidur karena kelelahan setelah hari yang panjang. Sesekali, saya terbangun. Membuka laptop. Mencoba bekerja. Mencoba membaca dan menjawab email. Mencoba menulis. Dapat diduga, hasilnya tidak seperti yang diharapkan. 

Di hari kedua di Rumah Sakit, kondisi kaki saya membaik.

Bengkak masih ada, tetapi berkurang. Sakitpun berkurang.

Karena kondisi yang membaik, rencana dokter untuk melakukan pemeriksaan yang lebih serius dengan MRI pun dibatalkan. Akhirnya, dokter menyarankan saya mendapat perawatan fisioterapi. 

Dokter spesialis rehabilitasi medik menengok dan memeriksa saya. Ia memberikan saran. Saya menurut. 

Alat fisioterapi digunakan. Perawatan dibantu dengan alat Continuous Passive Motion (CPM).  CPM adalah alat yang digunakan selama fase awal rehabilitasi setelah bedah atau trauma pada sendi kaki bagian bawah. Alat CPM secara teratur dengan alat pengatur waktu menggerakan persedian melalui pergerakan dengan jarak yang terkontrol. Diharapkan, penggunaan setiap hari meningkatkan pergerakan sendi yang awalnya terbatas. Terapi ini memastikan proses latihan yang aman selama proses pemulihan dan fase perbaikan jaringan dengan memungkinkan dilakukan gerakan secara pasif, mengurangi nyeri pasca operasi dan meminimalkan kemungkinan terjadinya inflamasi. Latihan itu dilakukan selama 1 jam per terapi. 

bti.co.id
bti.co.id
Setelah itu, lutut sebelah kananpun disemprot dengan gas dingin, untuk mengurangi inflamasi. Mereka menyebut terapi Cryo. Terapi menggunakan angin dingin mendekati 0 derajat. Pada prinsipnya mengompres. 

detik.com
detik.com
Saya gembira  dengan proses dan hasil perawatan.   Kaki saya membaik dengan lebih cepat dari dugaan saya semula. 

Di hari kedua, saya sudah bisa menggerakkan kaki sebelah kanan dan mengangkat kaki setinggi 10 cm. Rasa sakit secara drastis menurun. Masih tersisa rasa sakit ketika kaki menapak di lantai. Tetapi, saya tidak harus menjerit kesakitan.

Di hari ketiga, saya sudah bisa mengangkat kaki lebih tinggi. Program fisioterapi saya adalah tetap dengan CPM, dan ditambah kompres gas dingin, Cryo. 

Saya terus mengikuti saran dokter untuk melakukan fisioterapi. Ada perubahan perubahan baik. Dan oleh karenanya, saya bisa pulang ke rumah. Sambil rawat jalan. 

Di hari keempat, saya sudah bisa lancar menggunakan alat bantu jalan 'kruk'. 

Di hari kelima, saya sudah mulai bisa melakukan kegiatan mencuci piring, masih dibantu dengan kruk dan berjalan dengan lebih jauh lagi. 

Selama beberapa hari rawat inap dan rawat jalan, saya kembali mengingat betapa ilmu kedokteran meninggalkan jejaknya. Beberapa ilmu yang tua seperti fisioterapi sampai dengan radiologi dan pengobatan pengobatan lainnya, telah membantu manusia.

Selain bersyukur kepada Allah swt, saya mau tidak mau berterima kasih pada pencipta sejarah kedokteran masa yang lalu. Salah satunya adalah Hippocrates. Sang Bapak Kedokteran Dunia. Saya coba cari tahu tentangnya, dari Britanica.com tentang "Hyppocrates, Biography, Definition and Facts". 

Hippocrates  hidup di masa 460 SM. Dikenal sebagai dokter fisioterapi yang pertama. Ia juga memperkenalkan pijat, membuat panduan teknik pijat dan terapi air. Hal hal tersebut adalah bagian dari studi tentang fisioterapi yang pertama, yang diterbitkan di Amerika Serikat pada Maret 1921. Akhirnya, fisioterapi dikenal sebagai ilmu tenaga medis non perawatan yang mengurusi gangguan fungsional fisik dan aktivitas gerak. Ilmu ini berkaitan dengan upaya pengidentifikasian dan maksimisasi kualitas hidup melalui upaya promosi, pencegahan, perawatan dan kuratif, habilitasi dan rehabilitasi. Fisioterapi sebetulnya merupakan tindakan terapi konservatif, apabila operasi belum diperlukan pasien. 

Dalam perkembangannya, fisioterapi dipergunakan untuk mempromosikan, merawat dan merestorasi fisik, psikhologis dan kondisi sosial dari seseorang. Awalnya peran fisioterapis dilakukan oleh perawat. Slenjutnya, program pendidikan fisioterapi didirikan di New Zealanda pada 1913 dan di Amerika Serikat pada 1914.  Ketika terdapat wabah penyakit polio pada 1920 di seluruh dunia dan 1954 di Tobago, kebutuhan akan fisioterapi meningkat. Hippocrates tidak hanya berjasa dalam hal fisioterapi. Terdapat lebih dari 60 dokumen kedokteran yang dikaitkan dengan namanya, termasuk di antaranya kode etik kedokteran (Kodeki) juga dipercaya mengacu pada "Hippocratic oath'. Kumpulan dokumennya sering disebut sebagai Hippocratic Corpus". Walaupun Hipprocrates mungkin tidak menuliskan semuanya sendiri, tetapi buah pikiran yang ada dianggap sebagai filosofinya.

Yang menarik. Hippocrates dipercaya sebagai seseorang yang mengembangkan 4 humor kedokteran. Semuanya dikaitkan dengan elemen tanah, air, udara dan api serta tingkatan dingin, panas, lembab, dan kering, serta terkait tingkat usia seperti masa kanak, remaja, dewasa dan tua.

Beberapa terminology yang ia temukan misalnya 'temperamental' yang mengkaitkan kepribadian seseorang sebagai akibat dari teperatur, dingin, panas, dingin dan lembab, adalah muncul dari Hippocrates. Misalnya, idiom 'cathing a cold', yang berarti hendak demam, juga berasal darinya. TJuga 'dry sense of humor' yang berarti rasa humor yang kering, dicatat sebagai idiom peninggalan Hippocrates. 

Pemikiran tentang pentingnya gizi pemain olimpiade adalah satu aspek yang Hippocrates temukan. Juga tindakan operasi pada kondisi yang diperlukan.

Hippocrates mengkombinasikan akan pentingnya kesehatan fisik, anatomi dan psikhologi. Filosofinya 'Dari jiwa yang sehat terdapat dalam badan yang sehat", tentu kita ingat.

Saat ini, fisioterai juga dimanfaatkan oleh selebirits untuk mengoptimalkan kebugaran. Sebut saja Jeniffer Aniston, Cher dan Serena Williams. Fisioterapi makin digunakan untuk menyeimbangkan upaya untuk pengurangan rasa nyeri sampai pada upaya peningkatan kebugaran.

Sementara ahli fisioterapi kelas dunia, antara lain Eric Robertson, Jerry Durham, dan Karen Litzy. Gaji fisioterapis juga tinggi. Rata rata, gaji fisioteraois di Amerika adalah sekitar US $60.000 sd US $ 90.000 per tahun.Tentu akan lebih mahal lagi mereka yang sudah terkenal. 

belalamag.com
belalamag.com
Hari ini adalah kali ke 6 saya mengikuti fisioterapi dan rasnya menjadi lebih baik. Paling tidak saya bisa berjalan dari ruang terapi ke kafe di lantai lobi Rumah Sakit, tanpa alat bantu. Memang saya masih harus sesekali menggandeng lengan suami saya, untuk memastikan kaki yang sedikit nyeri tidak membuat tubuh saya oleng.  

Senang sekali rasanya. Terima kasih, fisioterapi. Terima kasih, Eyang Hippocrates. 

Sambil menunggu makanan pesanan di kafe Rumah Sakit Telogorejo, siang ini saya penasaran untuk membaca sumpah dokter yang berbasis Sumpah Hippocrates, yang disempurnakan dalam Deklarasi Jenewa (1948).

Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan;
Saya akan memberikan kepada guru-guru saya penghormatan dan pernyataan terima kasih yang selayaknya;
Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang berhormat dan ber­moral tinggi, sesuai dengan martabat pekerjaan saya;

Kesehatan penderita senantiasa akan saya utamakan;
Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerja­an saya dan karena keilmuan saya sebagai dokter;
Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan kedokteran;
Saya akan memperlakukan teman sejawat saya sebagai mana saya sendiri ingin diperlakukan;
Dalam menunaikan kewajiban terhadap penderita, saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan, politik kepartaian, atau kedudukan sosial;
Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan;
Sekalipun diancam, saya tidak akan mempergunakan pengetahuan ke­dokteran saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan hukum perikemanusiaan;

Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan memper­taruhkan kehormatan diri saya.

 

                                   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun