Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Etiket Mendokumentasikan Pasca Bencana

30 Desember 2018   09:18 Diperbarui: 1 Januari 2019   11:54 1334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Slamet Afiani, murid kelas VI SD Filial Beluk Pitung di Batu Jong menggendong adiknya sambil sekolah di kelas darurat. (Foto : Zulkarnaen Syri Lokesywara)

Zulkarnaen Siry Lokesywara mengabadikan bangunan tradisional dengan anak anak yang bermain sebagai latar. Foto di Desa Belek, Desa Adat pertama di Sembalun. (Foto Andere Ovan)
Zulkarnaen Siry Lokesywara mengabadikan bangunan tradisional dengan anak anak yang bermain sebagai latar. Foto di Desa Belek, Desa Adat pertama di Sembalun. (Foto Andere Ovan)
Pak Zulkarnaen Syri Lokesywara saya kenal dari foto fotonya yang humanis dan keren. Pertemanan lewat Instagram dan Facebook serta tautan Fotokita.net yang di masa lalu kami sering berpartisipasi, membuat saya punya keyakinan bahwa pak Lokes akan tepat menjadi relawan fotografer kami. 

Pak Lokes yang sehari harinya adalah Bapak Guru di SMAN di Klaten, mengajar mata pelajaran geografi, dan pernah pula mengajar sosiologi dan antropologi rasanya pas betul untuk memotret perstiwa pasca bencana.  Ketika Pak Lokes menyepakati hari dan tanggal untuk bergabung sebagai relawan, saya bungah. Ijin Bapak Kepala Sekolahpun diperoleh. Dan, foto foto cantik yang memberdayakan banyak kami dapatkan. 

Membuka Warung di Huntara (Foto : Zulkarnaen Syri Lokesywara)
Membuka Warung di Huntara (Foto : Zulkarnaen Syri Lokesywara)
Mengasuh Anak di Huntara (Zulkarnaen Syri Lokesywara)
Mengasuh Anak di Huntara (Zulkarnaen Syri Lokesywara)
Senyum Penyintas (oleh Zulkarnaen Syri Lokesywara)
Senyum Penyintas (oleh Zulkarnaen Syri Lokesywara)
Kunjungan dokter Kara (Foto Zulkarnaen Syri Lokesywara)
Kunjungan dokter Kara (Foto Zulkarnaen Syri Lokesywara)

Tiga Perempuan Galak (Foto Zulkarnaen Syri Lokesywara)
Tiga Perempuan Galak (Foto Zulkarnaen Syri Lokesywara)

Kunjungan Dokter di Huntara (Foto Zulkarnaen Syri Lokesywara)
Kunjungan Dokter di Huntara (Foto Zulkarnaen Syri Lokesywara)

Inaq Ispil di Sembalun (Foto : Zulkarnaen Syri Lokesywara)
Inaq Ispil di Sembalun (Foto : Zulkarnaen Syri Lokesywara)
Tidak hanya relawan fotografer Zulkarnaen Syri Lokesywara, tim Gema Alam NTB dan relawan Andre Ovan serta relawan lain dari Sahabat Gema Alam juga menjaga etiket tersebut. Foto diambil terkait kegiatan kerja lapang. Foto tetap menarik, tetapi memberdayakan. 

Tentu foto foto tersebut tidak akan indah dan natural tanpa disertai kerja nyata pelaku kerja kemanusiaan. Pada saat yang sama, rekaman kegiatan foto yang terlalu berfokus pada kerja juga dapat diartikan propaganda atas kegiatan semata. Keseimbangan itu dapat ditakar, namun hati nurani yang bicara. 

Dokter Spesialis Kandungan Belajar Gongseng Kopi (Foto : Andere Ovan)
Dokter Spesialis Kandungan Belajar Gongseng Kopi (Foto : Andere Ovan)

Tim Gema Alam NTB dan Sahabat Gema Alam menjaga untuk tidak bekerja secara narsistik. Ibaratnya, kami tidak akan menayangkan foto relawan menggotong 1 box Indomie dan mengklaim seakan sudah bekerja keras dan sudah menjadi dermawan. Itu bukan jalan hidup kami.

Membagi vitamin (Foto : Haiziah Gazali)
Membagi vitamin (Foto : Haiziah Gazali)

Kembali ke soal etiket memotret di kala pasca bencana, kami sebetulnya tidak memiliki pakem aturan tertentu. Beberapa referensi membantu kami mengerucutkan beberapa aspek etiket utama saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun