Kisah Akhir Sang Penyair
Oleh : Levi William SangiÂ
Pada sebuah senja disuatu ketika
Sepenggal kata demi kata terangkai indah oleh sang penyair tua
Kau duduk, diam, merenung, tercipta sastra yang tadinya kau buahi dalam kepala
Tangan mu terlihat gemetar ketika kata demi kata terakhir kau tuliskan pada secarcik kertas tua
Sepasang tangan tua yang tak lagi muda namun tetap dicintai oleh semua pena
Ku tahu setiap pena pasti bangga ketika kau memilih salah satunya untuk kau pakai menuliskan sebuah karya
Seakan kau memang terlahir untuk dicintai dan dipuja oleh semua mereka
Wahai penyair tua yang kini telah menutup usia
Banyak rindu yang tersusun rapi dalam sebuah kotak takdir yang tak bisa lagi kini kau buka
Rindu yang terus bertambah-tambah ketika kau kini dipanggil pulang menjadi pujangga sorga
Seandainya pena bermata dan kertas memiliki rasa, tangisan dan kesedihan mereka tak akan sembuh meski dibujuk oleh seribu pujangga.
Seandainya tangisan dan rindu kami semua bisa mengembalikan raga dan jiwa. Tak akan ada sorga sebagai tempat terakhir bagi mereka yang dikasihi oleh sang pencipta.
Katamu cahaya matahari tak bisa kau tolak dan matahari memaksamu menciptakan bunga-bunga
Tepat seperti yang ku rasakan sekarang, bahwa kepergian mu tak bisa lagi ku tolak dan kepergianmu memaksaku menciptakan bunga-bunga duka mengiringi langkah mu meninggalkan kami semua menuju ke suatu tempat terbaik di sorga.
Selamat jalan Sang Penyair Sapardi Djoko Damono, sosok pujangga tua, teman terbaik pena yang kini telah menutup usia.
Karyamu akan selalu dikenang, senantiasa abadi sepanjang masa.
Perkebunan Maendang, Desa Tandu, 19 Juli 2020