Mohon tunggu...
Lesterina Purba
Lesterina Purba Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Hidup hanya sebentar perbanyaklah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Berharap Pada Suatu Masa

17 Januari 2022   07:51 Diperbarui: 17 Januari 2022   09:08 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: grafolio.com via Pinterest

Kesepian telah menemani setelah kepergianmu tanpa bisa kembali. Aku tidak bisa menemukan wanita seperti dirimu. Kebekuan ini, aku tidak yakin apakah bisa mencair.
Tidak ada  yang mampu menyentuh salju di hati. Hanya kau yang berhasil menawan hati.  Kelemahlembutan , kesabaran, kesetiaan semua kau miliki. Bahkan jiwa ini pun kau bawa ke tempat sana. Dan raga seolah-olah kehilangan gairah untuk hidup.

Senyum teduh dan manis, masih melekat di setiap helaan napasku. Masih segar di ruang kepala. Tiada yang bisa menghapus dan menggantikan posisimu di hati yang terdalam.

 Aku terbelenggu rasa bersalah, ketika kau dan aku masih bersama mendayung bahtera. Aku sering meninggalkanmu padahal saat itu adalah hari libur. Bahkan aku lebih memilih bersama teman-teman. Jarang ada waktu untukmu dan anak-anak. Bahkan ketika aku tidak sadar diri karena kebanyakan minum bersama teman-teman di sebuah kafe. Kau masih mau membersihkan tubuhku dari tumpahan minuman yang membuat mabuk. Dengan cekatan engkau membasuhku. Engkau tidak pernah mengeluh. 

Tetapi semua kau lampiaskan lewat pekerjaan. Aku bahkan tidak menyadarinya. Sesibuknya merawat anak masih bisa melakukan pekerjaan rumah dan bekerja di  luar rumah. Benar-benar wanita perkasa. Mungkin dengan kecekatanmu menghadapi semuanya membuat mataku buta. Di balik keperkasaanmu ternyata tetap saja wanita yang rapuh. Air mata berusaha engkau tahan agar tidak jatuh mengalir di pipi. Agar aku tidak curiga bahwa engkau tidak baik-baik saja.

Sifat buruk, keegoisan yang aku miliki ujungnya berujung penyesalan. Itu pun setelah kecelakaan yang merenggut nyawamu selamanya. Tekanan batin yang engkau simpan bertahun-tahun bahkan sampai usia 7 tahun pernikahan. Sesekali aku melihat dirimu semakin hari semakin pucat dan kurus kering. 

Pernah sekali aku bertanya, apakah engkau tidak bahagia bersama denganku? Jawabanmu hanya sederhana. Karena si bungsu masih minum ASI makanya badan jadi kurus. Setelah itu aku tidak pernah bertanya lagi.  

Hati merenung ini semua terjadi karena keegoisan yang aku miliki. Hingga Tuhan cepat memanggilmu. Kau cukup menderita lahir batin hidup bersama denganku. Aku telah menerima hukuman ini. Setelah semua terjadi aku baru menyadarinya. Hatiku kosong dan hampa. Dunia serasa sudah tiada. Lama aku mengurung diri di kamar. 

Hingga suara si bungsu yang berumur dua tahun saat itu. Berhasil menenangkan jiwaku. Mereka masih butuh aku. Masih panjang jalan hidup nya. Aku harus kuat walaupun setiap detik berteman sepi. Tiada lagi senyum manis yang bisa membuatku nyaman. Hati ini sudah mati. Berharap pada suatu masa jiwaku hidup kembali. Dan aku berjanji keegoisan ini juga detik ini sudah mati. Aku lahir baru.

Erina Purba

Bekasi, 14012022
 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun