Mohon tunggu...
Lesterina Purba
Lesterina Purba Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Hidup hanya sebentar perbanyaklah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mewaspadai Copet di Angkutan Umum

15 Juni 2021   20:57 Diperbarui: 16 Juni 2021   05:00 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar https://m.liputan6.com

Semenjak pandemi kesulitan keuangan hampir merata di seluruh Indonesia. Kejahatan-kejahatan yang dulunya mulai berkurang kini marak lagi. Seperti copet di kendaraan umum, pasar, mall atau tempat keramaian lainnya. Paling kesalnya bila kita sendiri yang menjadi korban.

Pengalaman pribadi pernah kena copet membuat saya selalu waspada. Ada rasa trauma bila naik bus lagi. Tulisan ini pernah saya kirim ke Kompasiana. Pengalaman saya ketika kena copet di bus andalan.

Copet sering beraksi ketika kita lengah. Mereka kadang memiliki komplotan. Seperti yang saya alami ketika itu. Mereka ada dua orang di dalam bus. Yang sering menjadi sasaran yaitu yang berpakaian rapi dan kwalitas kita berpakaian. Pada saat itu kami memang berpakaian rapi dikarenakan pulang kuliah. Selain itu saling pamer apa saja yang kami beli di pasar Senen.

Padahal sebenarnya yang dibeli bukan barang baru tetapi tetap saja senang. Ternyata karena kepolosan itu kami diincar copet. Mereka memantau dari jauh. Tidak kentara memang. Dan kami merasa aman-aman saja. Selama perjalanan dari Senen ke Kalideres tidak ada yang kehilangan. Tetapi ketika saya sampai di tujuan pasar Cengkareng. Pak sopir menurunkan di halte.

Pintu keluar sengaja copet berhenti tidak mau turun. Kemudian dari belakang copet mendorong juga. Teman yang sudah di pintu keluar tasnya korban kena baset pisau. Uang Rp 20.000; lenyap beserta kisi-kisi ujian. Dan saya lebih malang lagi tepat di belakang, tangannya sudah masuk ke tas, dan merogohnya. Seperti biasa orang Indonesia. Tetap masih untung saja handphone terselip di antara buku dan handphone terbungkus rapi di tas kamera digital yang memiliki tali panjang. Sehingga talinya tersangkut di buku.

Nah karena kelamaan saya berbalik dan menyadari bahwa ada copet. Masih sempat berkata juga " apa Lo rogoh-rogoh tas gua," tasnya sambil aku tarik ,  aku dekap kuat-kuat dan berusaha segera turun. Tanpa melihat ke belakang lagi. Alhasil badan gemetar , gigi gemeletuk menahan marah.

Semenjak itu saya trauma naik bis, bila pun naik bis saya tetap waspada.

Beberapa hal yang harus kita lakukan agar terhindar dari copet.

 1.  Berwajah tenang dan waspada, atau rileks.
 2. Tas disandang di depan jangan taruh di punggung.
 3. Usahakan posisi dompet sebelah dalam atau berada tepat didekapan.
 4. Usahakan jangan tertidur
 5. Lihat sopir tanpa kita sadari dia memberikan kode lewat mata.
 6. Mendengar kata hati atau feeling.

Mewaspadai copet. Melalui gerak-geriknya. Apalagi ketika turun dari bus. Mereka juga terlihat rapi dan necis. Tetapi tangan mereka cepat bergerak. Sehingga kita tidak menyadari telah menjadi korban.
 
Ketika saya dicopet, sopir terus melihat ke arah saya melalui kaca spion. Sehingga saya merasa risih. Ternyata dia pakai bahasa isyarat. Bahwa di belakang saya ada copet.

Kemudian  mendengar kata hati (hati-hati ada sesuatu di belakangmu). Sehingga saya spontan dan langsung memaki tukang copetnya. Begitulah pengalaman saya ketika naik bis. Membuat saya selalu waspada. Bila naik kendaraan umum harus hati-hati dan waspada.
Apalagi saat ini setiap hari saya naik kendaraan umum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun