Mohon tunggu...
Lesterina Purba
Lesterina Purba Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Hidup hanya sebentar perbanyaklah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memiliki Ibu Terhebat Dia adalah Wanita Aroma Kopi

22 Desember 2020   18:26 Diperbarui: 22 Desember 2020   18:50 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tangan-tangan keriput masih memiliki tenaga. Tiada hentinya memuja kopi. Wanita sepanjang hidupnya tercurah kepada aroma kopi yang selalu menguar semerbak pagi dan sore hari.

Bila senja samar-samar aroma kopi mulai menyebar menusuk hidung hingga aku ingin menikmatinya.
Wanita itu telah candu dengan kopi tak bisa berpaling. Bahkan biji kopi telah menjadi emas dan berlian dan mampu melepaskan si jantung hati menjadi orang yang terpandang dan berkedudukan.

Engkau tahu wanita itu sangat gigih sepanjang hidupnya bahkan setiap inci tulang-tulang di tubuhnya begitu mendamba kopi. Sehingga dia mendapatkan mahkota itu. Si pecinta kopi yang tak pernah lepas dari tubuhnya aroma yang memabukkan dan menyegarkan.

Wanita beraroma kopi hidup hampir seratus tahun, dan kau tahu di penghujung hidupnya aroma kopi setia mengelilinginya. Wanita yang cantik dan perkasa. Wanita itu telah lama tiada kini aroma kopi merana.

Akankah ada yang setia seperti wanita beraroma kopi itu? Hingga kini masih berwujud pertanyaan. Ingin kukembali nanti aroma kopi yang sama masih setia menugguku.

Kerapkali mereka memanggilku
Aku hanya bisa melambaikan tangan
Aku hanya bisa menyapanya lewat dupa- dupa di setiap waktu.


Kenangan bersama dengan wanita beraroma kopi selalu bergelayut bersama dengan jalan hidupku. Sungguh kenangan terindah di sepanjang hidupku. Aroma kopi yang telah memanusiakan manusia. Setia menemani hidupku.

Bekasi, 19 September 2020

Rinai dalam Kenangan

Ketika sunyi menghampiri
Aku teringat rinai
Rintik-rintik perlahan-lahan membasahi bumi
Aku menunggu dengan gelisah
Dengan segala resah

Rembulan masih tersenyum
Menyinari pekatnya malam
Menit berganti dengan jam
Jalanan setapak dihiasi lampu temaram

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun