Mohon tunggu...
Leopoldus Giovani Sitohang
Leopoldus Giovani Sitohang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Frater Serikat Sabda Allah (SVD)

Mahasiswa STFT WIDYA SASANA Malang

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Untuk Apa Sih Kita Hidup? Mari Berfilsafat!

16 Agustus 2021   23:12 Diperbarui: 18 Agustus 2021   14:04 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: idntimes.com

Mengapa aku bingung memilih pasangan hidup? Mengapa terkadang aku takut untuk menikah? Mengapa aku takut menjomblo seumur hidup? Mengapa aku bingung ingin kuliah di mana dan memilih jurusan apa? Bahkan pasca terbebas dari penjara institusi universitas pun aku masih bingung? Aku sering bertanya apa yang harus kulakukan setelah lulus? Ke mana aku harus pergi? Apa sebenarnya yang ingin kucapai? Apa sebenarnya yang ingin kuperjuangkan? Ada apa dengan diriku? Bila anda mengalami kebingungan atau depresi akut dalam menjalani kehidupan ini, artikel ini akan menjelaskan penyebabnya serta memberikan solusinya. Selamat membaca!

Apa yang membedakan manusia dengan hewan? Akal Budi. Istilah klasik menyebut manusia sebagai animal rationale. Artinya manusia adalah makhluk yang dapat menata dan mampu mengatur perilaku dan kehendak bebasnya dengan menggunakan akalnya. Walaupun memang terkadang manusia itu juga mau melakukan sesuatu yang tak masuk akal atau tak berakal. Sudahlah tidak perlu diperpanjang.. Apakah hanya itu saja? Tentu tidak! Masih ada satu hal lagi yang membedakan manusia dengan hewan atau makhluk hidup lainnya. Apa itu?

Secara biologis manusia dan hewan memang memiliki kesamaan, yaitu sama-sama membutuhkan makanan untuk bertahan hidup. Akan tetapi, apa hal yang manusia butuhkan sedangkan hewan lain tidak butuhkan? Jawabannya ialah Makna Hidup! Kita sebagai manusia tidak hanya memerlukan makanan dan minuman atau nutrisi (physical needs). Kita juga memerlukan tujuan dan alasan kenapa kita hidup di dunia ini, karena tujuan dan alasan kenapa kita hidup itulah yang akan membuat hidup kita menjadi bermakna. Boleh dibilang tujuan dan alasan hidup sama pentingnya dengan sesuap nasi. Sama-sama menjadi kebutuhan primer, kebutuhan yang paling dasariah yang harus dimiliki manusia.

Dr. Victor Frankl dalam bukunya "Man's Search for Meaning" mengatakan "Manusia mampu mengatasi keadaan se-ekstrim apa pun asal mereka memiliki makna hidup yang terus mereka pegang". Latar belakang buku ini lahir dari perang dunia ke-2. Dia menceritakan pengalamannya sendiri sebagai tahanan di kamp konsentrasi Nazi, tempat yang sangat kejam dan menakutkan. Di tempat yang kejam dan menakutkan itu selama bertahun-tahun dia dan beberapa teman lainnya berjuang untuk bertahan hidup hingga akhirnya bebas. Hal yang membuat ia bertahan hidup ialah adanya makna hidup yang terus ia pegang.

Di dalam bukunya terdapat juga salah satu quote yang terdengar sangat indah. Quote itu berkaitan dengan kebebasan manusia. Dia mengatakan "Apapun bisa dirampas dari manusia, kecuali satu, kebebasan untuk menentukan sikap dalam setiap keadaan, kebebasan untuk memilih jalannya sendiri". Artinya manusia bebas menentukan jalan hidup atau makna hidupnya sendiri.

Essensialisme

Apa sebenarnya makna hidup? Pernahkah filsuf mempertanyakan ini? Kalau pernah, apa makna kehidupan ini menurut mereka? Tentu ada banyak filsuf yang berusaha mencari pengertian makna hidup. Apa itu makna hidup, menjadi salah satu tema yang menarik bagi para filsuf. Akan tetapi, pertanyaan semacam ini memiliki banyak jawaban dan tidak dapat dijawab hanya dengan beberapa kalimat.

Mengapa dan kapan manusia mulai mempertanyakan makna hidup? Semua ini dimulai dari kebiasaan manusia yang melihat segala sesuatu disekelilingnya itu, ternyata mempunyai suatu aspek yang amat penting. Manusia mulai menyadari bahwa setiap entitas memiliki sesuatu yang sangat teramat penting, sebegitu penting sehingga jika sesuatu itu dihilangkan, maka benda itu tidak akan menjadi benda itu tersebut. Bila anda bingung, jangan diskip dulu.

Misalkan sebuah pisau. Cobalah lihat atau bayangkan sebuah pisau! Adakah sesuatu dari sebuah pisau yang jika dihilangkan tidak akan membuatnya menjadi pisau? Mata pisaunya! Atau sisi tajam dari sebuah pisau. Tidak perduli apakah gagang pisau itu terbuat dari kayu, plastik, besi atau bahkan tidak bergagang. Tidak perduli apakah pisau itu terbuat dari batu, besi, emas, berbentuk lurus atau melengkung. Apakah pisau itu milik naruto atau sasuke juga bukanlah hal yang penting. Hal yang terpenting adalah pada pisau masih terdapat bagian yang tajam. Sisi tajam atau mata pisau itulah yang membuatnya menjadi pisau! Inilah yang disebut esensi!

Dalam KBBI esensi itu adalah hakikat; inti atau hal yang pokok. Secara sederhana esensi dapat diartikan sebagai hal yang paling mendasar atau intisari. Untuk memahami ini sekali lagi penulis akan memberikan suatu analogi sederhana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun