Mohon tunggu...
Leoni Marisa Largus
Leoni Marisa Largus Mohon Tunggu... Bankir - Pecinta martabak manis dan menulis

aku adalah gelas kosong yang selalu senang diisi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kalau Kayak Gini Mending Curhat sama Kipas Angin

5 Desember 2020   16:49 Diperbarui: 5 Desember 2020   16:57 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://cms.sehatq.com/

Beberapa waktu lalu saya diingatkan oleh salah seorang teman kantor saya melalui sebuah postingan di instagram yang dia kirimkan lewat Direct Message. Kami memang sering saling mengirimkan postingan tentang motivasi atau hiburan. Postingan itu mengatakan "terkadang orang yang sedang bercerita apalagi tentang masalah yang dihadapinya hanya ingin didengarkan bukan ingin di adu siapa yang lebih parah".

Saya sejenak berpikir, hal ini terdengar sederhana tapi tanpa kita sadari terkadang kita tidak sengaja melakukannya. Tidak berpikir lama, saya langsung meminta maaf pada teman saya itu kalau-kalau saya pernah bersikap begitu, dia bilang bukan apa-apa ini hanya untuk saling mengingatkan.

Kalau dipikir-pikir melelahkan bukan jika kita ingin bercerita kepada teman tentang permasalahan kita malah ditimpali dengan kalimat, "kamu masih mending, lah saya" atau "itu sih gak seberapa dengan  yang saya alami", dan yang lebih perih "yah itu mah biasa yang saya alami jauh lebih parah". Ok baik tarik nafas, tahan, hembuskan. Kalau kamu pernah mengalami ini berarti kita sama dan saya rasa kita semua pasti pernah di bandingkan atau tanpa sadar membandingkan masalah kita dengan masalah orang lain.

Sebenarnya mungkin tujuannya baik mau memberi motivasi, hanya saja cara menyampaikannya yang kurang tepat. Dalam ilmu psikologi ada istilah untuk menggambarkan tindakan membandingkan diri dengan orang lain ini. Kondisi ini disebut Social Comparison atau perbandingan sosial, dimana kecenderungan seseorang untuk merasakan hal baik dan buruk dalam dirinya berdasarkan perbandingan dirinya sendiri dengan orang lain.

Tindakan membandingkan ini tidak jarang tanpa kita sadari bukannya membantu menghilangkan atau menyelesaikan masalah justru lebih sering meninggalkan rasa kecewa dan rasa menyesal sudah bercerita di orang yang salah. Alih-alih bercerita tentang masalah kita justru malah kita yang jadi pendengar dari kenangan masalah orang lain.

Memberikan motivasi atau solusi ketika mendengar masalah dari cerita orang terdekat memang baik tetapi jika kita melalukannya dengan membandingkan masalah hidup kita rasanya kurang bijak karena Yang Maha Kuasa memproses kita sesuai dengan kemampuan kita masing-masing. Jadi, tidak akan pernah ada masalah yang lebih berat atau lebih ringan, semuanya adil sesuai kemampuan kita. Orang yang bercerita sebenarnya hanya ingin di dengarkan. Dalam bukunya berjudul "How To Win Friends And Influence People In The Digital Age" Dale Carnegie mengatakan " sama seperti senyuman, kekuatan menyimak itu besar. Mendengarkan membuat seseorang mendapatkan rasa hormat yang besar".

Jika ingin memberi motivasi sebaiknya hindari kalimat membandingkan. Ungkapkan empati dengan menyimak seutuhnya cerita itu, bawa diri kita sepenuhnya di sana. Ubah kalimat membandingkan itu dengan, "kalau saya jadi kamu mungkin saya akan merasakan hal yang sama" atau setelah dia bercerita dan kita ingin berbagi cerita pengalaman kita, bisa kita mulai dengan kalimat, "saya juga dulu pernah merasakan yang sama seperti kamu", walaupun kita tahu rasanya pasti tidak sama tetapi setidaknya kita tidak membanding-bandingkan dan justru membuat dia merasa tidak sendiri.

Everyone has a story. Listen to it before you judge.
 -unknown

Sumber :
Hellosehat.com
Carnegie Dale & Associates. 2012. How To Win Friends And Influence People In The Digital Age. PT gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun