Mohon tunggu...
M IqbalMauliddin
M IqbalMauliddin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa hubungan Internasional UINSA

Seorang pelajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengapa Harus Bermigrasi ke Negara Lain?

1 Juli 2021   21:30 Diperbarui: 1 Juli 2021   21:49 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Setelah menilik bagaimana sudut pandang dari suatu negara sebagai tujuan untuk bermigrasi, kini sudut pandang tulisan ini akan menilik bagaimana sisi sebaliknya, suatu sisi dimana masyarakat dari sebuah negara ingin keluar dari negara mereka karena sudah tidak bisa menjamin keamanan masyarakatnya. Ya, selamat datang di Konflik timur Tengah, sebuah dataran pasir kering yang selalu berkonflik, sebut saja misalnya di Suriah

Konflik perang saudara antara pihak pro pemerintah dengan kelompok anti rezim Bahsaar al-saad yang memberi  dampak bagi para korban perang yang mengharuskan diri mereka agar bermigrasi ke Negara lain untuk mencari suaka hidup yang lebih aman dan kepastian hidup yang lebih menguntungkan. 

Hingga kini tahun 2021 tercatat ada sekitar 6,6 juta pengungsi Suriah total, 5,6 juta di antaranya tinggal di negara-negara tetangga, dan 6,2 juta orang lainnya mengungsi di Suriah. Setidaknya 11,1 juta orang di Suriah membutuhkan bantuan kemanusiaan. Sekitar setengah dari orang yang terkena dampak krisis pengungsi Suriah adalah anak-anak.

[5] Menurut data UNCHR, data pengungsi dari Suriah tersebar paling banyak di 4 negara, dimulai dari paling banyak Negara Turki, Lebanon, Jordania, hingga ke daratan eropa yakni Jerman.[6] Bagi jutaan dari korban anak anak yang terdampak perang saudara di Suriah, konflik telah mencuri masa kecil mereka dan mempengaruhi kesehatan fisik dan mental jangka panjang serta prospek masa depan mereka. Banyak anak-anak yang terjebak dalam krisis ini kehilangan anggota keluarga dan teman-temannya akibat kekerasan, mengalami trauma fisik dan psikologis, dan harus meninggalkan sekolah. Dengan alasan keamanan seperti itulah banyak keluarga dari mereka memutuskan untuk meninggalkan Negara mereka untuk menyelamatkan masa depan buah hatinya. 

Tentu banyak kisah dari para imigran ini ditemukan sangat menyedihkan karena kondisi mereka yang terlantar selama perjalanan melakukan imigrasi, mereka harus berjalan berkilo kilo meter demi Negara tujuan mereka. Selama dalam perjalanannya mereka hanya bisa mengandalkan bantuan dari badan keorganisasian seperti UNHCR untuk mendapatkan bantuan pangan dan obatan selama perjalanan mereka. 

Bahkan banyak dari mereka yang harus berhenti di camp camp penampungan karena keterbatasan perijinan masuk kedalam suatu Negara. Namun juga disisi lain banyak kisah yang mengharukan seperti pengungsi yang setelah melepaskan diri dari negara semula mereka kemudian beranjak sukses di negara lain. Tentu apapun itu perjalanan mereka ke negeri tujuan mereka harus tetap dikawal oleh bantuan kemanusiaan baik dari negara negara tujuan pengungsi atau organisasi non-pemerintah.

Banyak aspek yang bisa menjadi lapangan studi bagi akademisi hubungan Internasional, Keamanan manusia para imigran salah satunya menjadi sisi lapangan studi paling modern di hubungan internasional, tentang bagaimana para imigran mendapatkan perlakuan dari berbagai pihak entah itu berupa diskriminasi karena berlabel warga pendatang, atau dilain tempat para imigran ini diterima dengan baik oleh masyarakat sekitar atau dibantu oleh organisasi pemerintah maupun non pemerintah. 

Kemudian tak hanya aspek keamanan manusia, intensi dari suatu negara dengan membuka atau menutup bordernya bagi para migran juga menjadi fokus perhatian yang penting bagi akademisi Hubungan Internasional, dimana keputusan dari suatu negara tersebut terkadang bisa menimbulkan eskalasi politik internasional yang memanas karena keputusan yang diciptakan oleh pejabat public suatu negara. Oleh karena itu topic Imigrasi ini adalah topic yang penting untuk diperhatikan, dikaji, dan dipelajari bagi akademisi Hubungan Internasional untuk mengetahui bagaimana dinamika eskalasi dari dunia Internasional dalam berbagai aspek seperti politik, ekonomi, bahkan pertukaran budaya.

Referensi:

  • Admin, Worldvision.org, “Syrian refugee crisis: Facts, FAQs, and how to help.”, available at : WorldVision
  • Andreas Gerry Tuwo, liputan6.com “Seorang Hakim Mampu Batalkan Kebijakan Kontroversial Donald Trump.”, Liputan 6 diakses pada 25 Juni 2021.
  • Editor, Britannica.com “Great Migration African-American history.”, available at Britannica
  • Executive Order 13769 of January 27, 2017: Protecting the Nation From Foreign Terrorist Entry Into the United States. Executive Office of the President. 82 FR 8977–8982. February 1, 2017.
  • Refugee staticstics – Refugee data finder, UNHCR.org, available at: UNHCR
  • UN General Assembly Resolution 19 December 2017; available at:  UN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun