Mohon tunggu...
Lentera Pustaka
Lentera Pustaka Mohon Tunggu... Pegiat Literasi dan Taman Bacaan

Pegiat literasi yang peduli terhadap gerakan literasi dan taman bacaan untuk pendidikan anak-anak kampung. Hanya untuk berbuat baik dan menebar manfaat melalui buku-buku bacaan. Bermukim di TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor, penuh komitmen dan konsistensi dalam berliterasi di akar rumpt. Penulis buku "31 Relawan Menulis untuk Literasi" dan "Efektivitas Tata Kelola Taman Bacaan". Salam literasi ya ..!

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Peran Taman Bacaan, Membiarkan Anak Tumbuh Sendiri Tanpa Perlu Dibandingkan

7 September 2025   20:46 Diperbarui: 7 September 2025   20:46 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu prinsip yang dijaga di TBM Lentera Pustaak di kaki Gunung Salak Bogor adalah "tidak boleh membandingkan anak dengan orang lain". Selain dibiasakan membaca buku, anak-anak TBM Lentera Pustaka dilatih untuk berpendapat dan mampu menemukan potensinya sendiri. Taman Bacaan hanya memberi ruang dialog untuk anak-anak pembaca aktif, di samping memotivasi untuk terus maju dan membaca buku.

Tidak boleh membandingkan anak dengan orang lain. Sebab semuanya berada pada jalannya masing-masing. Tidak ada yang sama tiap anak, dan mereka tumbuh dengan jcaranya sendiri. Sementara orang dewasa berpikir "memabdingkan anak" dianggap sebagai motivasi. Salah, berani berpikir untuk membandingkan anak yang satu dengan yang lainnya berartio sedang menanamkan rasa tidak pernah cukup. Menumbuhkan keinginan bersaing akibat orang lain, pengen lebih unggul dari lainnya. Jadi, pendidikan sejatinya harus "mengharamkan" nasihat atau motivasi yang membandingkan anak dengan orang lain. Biarkan tiap anak berkembang sendiri, dan orang tua atau orang dewasa cukup memfasilitasi dan memberi nasihat baik.

Kenapa begitu? Karena seorang anak yang disbanding-bandingkan dengan anak yang lain akan mudah frustrasi. Dianggap kurang pintar, urang kreatif, bahkan dianggap tidak lebih baik dari anak yang lain. Kata siapa begitu. Apakah orang tua atau orang dewasa telah mengajarkan pentingnya anak-anak untuk berkembang dan menenukan potensi dirinya masing-masing,. Ingat, sekolah itu gagal katena menyamaratakan setiap anak. Sekolah tidak mampu mengajak anak menemukan jati dirinya, apalagi optensinya. Sekolah sekadar formalitas semata!

Kasihan anak-anak yang sering dibandingkan dengan orang lain.. Seakan hidupnya tidak ada artinya. Meski sudah belajar keras dan berusaha, apa yang dicapainya tidak pernah diakui karena standarnya selalu diarahkan pada orang lain. Lama-kelamaan, akhirnya anak-anak tumbuh dengan rasa iri, minder, bahkan membenci dirinya sendiri. Alasannya mendidik tpai menyesatkan.

Maka di TBM Lentera Pustaka, hal yang selalu dijaga adalah setiap anak punya potensi masing-masing. Anak0anak yang difasilitas melalui buku-buku bacaan, dimotivasi, dilatih afektif dan psikomotoriknya. Untuk selelau bersemangat dan punya energi untuk mencapai cita-citanya. Tanpa perlu membandingkan dirinya dengan anak-anak yang lain. Karena membandingkan diri dengan orang lain pasti dapat merusak harga diri anak itu sendiri. Alih-alih si anak tumbuh dalam kompetisi, justru membuat anak-anak bisa terjebak dalam kompetisi yang tidak sehat dan solidaritas semu. Seperti yang terjadi di masyarakat saat ini, solidaritas semu!

Taman bacaan, sudah cukup mengambil peran untuk "memerdekakan anak" secara pribadi. Agar tetap tumbuh dan berkembang tanpa meninggalkan jati dirinya. Salam literasi!

Anak-anak taman bacaan (Sumber: TBM Lentera Pustaka)
Anak-anak taman bacaan (Sumber: TBM Lentera Pustaka)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun