Mohon tunggu...
Leni Priska
Leni Priska Mohon Tunggu... Guru - Guru

PROFIL PENULIS Penulis bernama Leni Priska, S.Pd. Lahir di Jakarta ,11 Agustus. Penulis sudah berkelut didunia pendidikan lebih dari satu dekade .Saat ini penulis adalah seorang guru kimia di Saint Peter School, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Ditahun 2019 penulis menjadi Trainer of School Innovative Program, pada tahun 2016 menjadi salah satu nominasi Instruktur Nasional dan Guru Prestasi di Jakarta Utara.Pada tahun 2014 mendapatkan award Initiative Teacher ,dan pada tahun 2013 mendapatkan award Creative Teacher dari Sekolah Tunas Bangsa.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

My Story in Science

26 Oktober 2021   21:07 Diperbarui: 26 Oktober 2021   21:26 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hampir dua tahun sudah pembelajaran secara online dilaksanakan disekolah saya, dan mungkin juga terjadi dibeberapa sekolah lainnya. Keadaan ini banyak membawa perubahan-perubahan yang sangat pesat khususnya digitalisasi dalam proses pembelajaran. 

Mau tidak mau,suka tidak suka dan bisa ataupun tidak semua kita harus mampu beradapatasi dengan perkembangan teknologi digital yang berlari dengan cepatnya. 

Orang tua, siswa , murid dan guru semua aspek masyarakat harus mampu memiliki kecakapan dalam berdigitalisasi agar mampu bertahan dengan keadaan saat ini. 

Setiap perubahan membutuhkan perjuangan dan pengorbanan. banyak waktu, tenaga dan pikiran yang harus dikorbankan untuk mempelajari bagaimana dan apa yang harus dipersiapkan untuk mampu mengikuti derasnya arus teknologi.

Peserta didik kita, adalah salah satu yang mungkin harus diprioritaskan. saat dunia permainan dan sosialisasi mereka terhilang dan digantikan dengan virtual, rasa toleransi saling menghargai seakan memudar satu dengan yang lainnya.

Banyaknya aplikasi memanjakan mereka dalam kesendirian dan terlena akan kenyaman yang ada, mempengaruhi rasa empati ,emosi diri , dan rasa kebersamaan  semakin berkurang. tak ayal semakin sering terdengar anak sekarang lebih susah diatur dari pada anak dulu, anak sekarang sudah diberi label oleh masyawakat menjadi anak yang lebih sulit diatur.

Mengapa hal itu bisa terjadi? pertanyaan yang langsung terbesit dalam hati saya, apakah anak terdahulu memiliki makanan yang berbeda dengan anak saat ini? karena ada pepatah kuno mengatakan "You are what you eat"

ataukah karena proses anak terdahulu memiliki proses melahirkan yang berbeda dengan sekarang?

banyak pertanyaan yang timbul.

Saat ini saya berprofesi menjadi guru dan dulu saya pernah mengalami masa kecil

semasa kecil, saya besama teman-teman kecil saya bermain menangkap ikan bersama bermain kemping-kempingan dilapangan rumput, dan juga bermain gasing, bermain benteng , bermain gundu, bermain karet dan masih banyak permainan tradisional lainnya, yang kami sering mainkan setiap hari bahkan tak jarang kami selalu bermain dimalam hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun