Mohon tunggu...
Leni Mathavani
Leni Mathavani Mohon Tunggu... Narratives with integrity. Insights with impact.

Penulis dan Psikolog yang merangkai cerita ringan dengan sentuhan psikologi, refleksi kerja, dan keheningan sehari-hari

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Resep Sederhana Cake Favorit di Rumah Kita

14 Oktober 2025   06:15 Diperbarui: 14 Oktober 2025   06:12 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjelang tengah malam, saya menata meja kecil di ruang makan. Lilin kecil, secangkir teh hangat, dan cheesecake yang baru keluar dari kulkas. Pukul 00.01, kami merayakan ulang tahunnya dalam keheningan yang hangat. Ia menatap kue itu sejenak sebelum berkata, “Ini cheesecake paling spesial. Karena kamu yang buat,” katanya sebelum menutup mata untuk mengucapkan doa ulang tahun dan meniup lilin di atas potongan cheesecake.

Saya tersenyum. Tidak ada hadiah mewah, tidak ada pesta besar. Tapi ada kehadiran yang utuh. Ada cinta yang tidak perlu dirayakan dengan keramaian, cukup dengan ketulusan.

Pagi itu sunyi. Hanya suara sendok menyentuh piring, dan aroma teh hangat yang perlahan memenuhi dapur. Meja kecil di sudut rumah sudah tertata sejak subuh, dua cangkir, dua piring, dan satu cheesecake yang saya buat semalam. Ia belum bangun, tapi saya tahu, momen ini akan jadi salah satu yang ia ingat.

Ketika ia masuk dengan rambut masih sedikit berantakan dan mata yang belum sepenuhnya terbuka, saya hanya tersenyum. “Selamat ulang tahun,” bisik saya pelan. Ia duduk, menatap cheesecake itu sejenak, lalu menatap saya lebih lama.

Saya tidak menjawab. Hanya mengangguk pelan, lalu menuangkan teh ke cangkirnya. Di antara potongan kue dan percakapan yang tidak tergesa, saya menyadari sesuatu: bahwa hadir sepenuhnya di setiap momen bisa menjadi sumber energi yang menyala, dan dari sana, seluruh aktivitas kehidupan kita ikut bernapas.

Saya mengambil cuti untuk membuat kue bukan karena saya ahli membuat kue, tapi karena saya ingin merayakan hari istimewa dengan sesuatu yang saya lakukan sendiri, dengan hati, dan berbeda dari hari-hari biasanya. Kami tidak bicara banyak pagi itu. Tapi setiap potongan kue, setiap jeda di antara kalimat, setiap tatapan yang tidak perlu dijelaskan, semuanya cukup.

Di sanalah tentang kita hidup. Di sanalah kepemimpinan inklusif bernapas: dalam tindakan kecil yang penuh perhatian, dalam ruang aman yang kita ciptakan bersama, dan dalam pilihan-pilihan sederhana yang membuat seseorang merasa dilihat, dihargai, dan dicintai.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun