Andai kita bisa masuk ke dalam pikiran pasangan lalu mencoba memahami apa saja yang ada di sana, mungkin proses “mencintai” akan lebih mudah. Tak jarang, hubungan retak karena salah satu pihak tidak atau salah mengerti maksud yang lain. Sayang sekali, bukan?
Bukan hanya pasangan, dengan orang lain pun demikian. Betapa sering kita menduga sesuatu yang belum tentu benar hanya karena ekspektasi kita tidak terwujud. Perang dingin pun terjadi bertahun-tahun, bahkan tanpa diketahui penyebabnya.
Juli Baker dan Bryce Loski
Suatu hari, sebuah keluarga pindah ke dekat rumah Juli Baker (Madeline Carroll). Dengan hati riang dan penuh kepolosan, Juli datang untuk membantu. Tak disangka, di sana ia bertemu dengan Bryce Loski (Callan McAuliffe), anak laki-laki sepantarannya. Bryce memiliki tatapan mata yang penuh pesona serta senyum yang manis. Bikin hati (anak) perempuan meleleh!
Entah bagaimana, tiba-tiba muncul ide dalam hati Juli bahwa Bryce menyukainya, bisa jadi karena sikap Bryce yang malu-malu. Keesokan harinya, Juli berniat “membantu” Bryce dengan menyambutnya begitu meriah di ruang kelas. Bagi Bryce—seorang anak laki-laki yang memiliki ego—itu sungguh memalukan.
Hari demi hari berlanjut dan Bryce merasa hidup di dunia yang tak diinginkannya. Juli membuntutinya ke mana-mana. Bahkan, ketika Bryce mencari cara supaya Juli menjauh, yaitu dengan mendekati Sherry Stalls, itu tidak berhasil.
Insiden Telur
Kondisi berubah ketika “Insiden Telur” terjadi. Saat itu, Juli berniat membalas budi ibu Bryce yang sangat baik kepada keluarganya. Oleh keluarga Bryce—dan atas penilaian sepihak dari Bryce—telur itu tidak dimakan karena dianggap berisiko terkena bakteri Salmonella. Maklum, pekarangan rumah Juli terlihat kotor.
Meskipun Bryce disuruh untuk mengembalikan telur itu, ia malah membuangnya. Satu masalah selesai, masalah lain datang beberapa hari kemudian: Juli datang lagi dengan telur-telurnya. Sikap “sopan” Bryce membuat hati Juli bungah. Ia terus-menerus datang, sampai akhirnya mendapati fakta bahwa Bryce justru membuang telur-telur itu. Runtuh sudah hati Juli melihat itu.
Menariknya, film ini dinarasikan oleh kedua tokoh utama secara bergantian. Alur adegan maju mundur. Masing-masing tokoh menceritakan peristiwa tersebut berdasarkan sudut pandang dan motivasinya. Misalnya, ketika Juli datang mengantarkan telur-telur ke rumah Bryce, anak laki-laki itu sangat tanggap untuk segera membuka pintu rumahnya. Seolah-olah, ia telah menunggu-nunggu kehadiran Juli. Hati anak perempuan mana yang tidak berbunga-bunga. Kenyataannya, Bryce melakukan hal itu karena tak ingin anggota keluarganya yang lain melihat kedatangan Juli membawa telur. Ia tidak ingin dicap sebagai “ayam jantan yang tidak berkokok” karena terkesan malu berbicara dengan Juli.
Sejak insiden tersebut, banyak hal berubah dalam “hubungan aneh” mereka. Namun, kesalahpahaman terus-menerus terjadi. Sebagai penonton, rasanya “gemes” karena kok bisa begitu? Meskipun di sisi lain kita dengan sadar bakal mengakui bahwa hal-hal itu terjadi secara alamiah. Apabila di posisi yang sama, sebagian besar mungkin akan mengambil langkah yang serupa. Inilah yang membuat Flipped (2010) begitu mengena.