Mohon tunggu...
Leni Marlins
Leni Marlins Mohon Tunggu... Freelancer - freelancer

hobi menulis tentang banyak hal untuk menyampaikan ide

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Sarat Salah Paham, Cinta Begitu Rumit

22 Februari 2019   15:57 Diperbarui: 22 Februari 2019   16:26 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Andai kita bisa masuk ke dalam pikiran pasangan lalu mencoba memahami apa saja yang ada di sana, mungkin proses “mencintai” akan lebih mudah. Tak jarang, hubungan retak karena salah satu pihak tidak atau salah mengerti maksud yang lain. Sayang sekali, bukan?

Bukan hanya pasangan, dengan orang lain pun demikian. Betapa sering kita menduga sesuatu yang belum tentu benar hanya karena ekspektasi kita tidak terwujud. Perang dingin pun terjadi bertahun-tahun, bahkan tanpa diketahui penyebabnya.

Juli Baker dan Bryce Loski

Suatu hari, sebuah keluarga pindah ke dekat rumah Juli Baker (Madeline Carroll). Dengan hati riang dan penuh kepolosan, Juli datang untuk membantu. Tak disangka, di sana ia bertemu dengan Bryce Loski (Callan McAuliffe), anak laki-laki sepantarannya. Bryce memiliki tatapan mata yang penuh pesona serta senyum yang manis. Bikin hati (anak) perempuan meleleh!

Entah bagaimana, tiba-tiba muncul ide dalam hati Juli bahwa Bryce menyukainya, bisa jadi karena sikap Bryce yang malu-malu. Keesokan harinya, Juli berniat “membantu” Bryce dengan menyambutnya begitu meriah di ruang kelas. Bagi Bryce—seorang anak laki-laki yang memiliki ego—itu sungguh memalukan.

Hari demi hari berlanjut dan Bryce merasa hidup di dunia yang tak diinginkannya. Juli membuntutinya ke mana-mana. Bahkan, ketika Bryce mencari cara supaya Juli menjauh, yaitu dengan mendekati Sherry Stalls, itu tidak berhasil.

Insiden Telur

Kondisi berubah ketika “Insiden Telur” terjadi. Saat itu, Juli berniat membalas budi ibu Bryce yang sangat baik kepada keluarganya. Oleh keluarga Bryce—dan atas penilaian sepihak dari Bryce—telur itu tidak dimakan karena dianggap berisiko terkena bakteri Salmonella. Maklum, pekarangan rumah Juli terlihat kotor.

Meskipun Bryce disuruh untuk mengembalikan telur itu, ia malah membuangnya. Satu masalah selesai, masalah lain datang beberapa hari kemudian: Juli datang lagi dengan telur-telurnya. Sikap “sopan” Bryce membuat hati Juli bungah. Ia terus-menerus datang, sampai akhirnya mendapati fakta bahwa Bryce justru membuang telur-telur itu. Runtuh sudah hati Juli melihat itu.

Menariknya, film ini dinarasikan oleh kedua tokoh utama secara bergantian. Alur adegan maju mundur. Masing-masing tokoh menceritakan peristiwa tersebut berdasarkan sudut pandang dan motivasinya. Misalnya, ketika Juli datang mengantarkan telur-telur ke rumah Bryce, anak laki-laki itu sangat tanggap untuk segera membuka pintu rumahnya. Seolah-olah, ia telah menunggu-nunggu kehadiran Juli. Hati anak perempuan mana yang tidak berbunga-bunga. Kenyataannya, Bryce melakukan hal itu karena tak ingin anggota keluarganya yang lain melihat kedatangan Juli membawa telur. Ia tidak ingin dicap sebagai “ayam jantan yang tidak berkokok” karena terkesan malu berbicara dengan Juli.

Sejak insiden tersebut, banyak hal berubah dalam “hubungan aneh” mereka. Namun, kesalahpahaman terus-menerus terjadi. Sebagai penonton, rasanya “gemes” karena kok bisa begitu? Meskipun di sisi lain kita dengan sadar bakal mengakui bahwa hal-hal itu terjadi secara alamiah. Apabila di posisi yang sama, sebagian besar mungkin akan mengambil langkah yang serupa. Inilah yang membuat Flipped (2010) begitu mengena.

Spesial dan Menghangatkan

Los Angeles Time mengatakan bahwa Flipped adalah sebuah film spesial yang membungkus penonton dengan kehangatan, humor, dan kemanusiaan. Namun, ada pula kritik yang mengatakan bahwa film ini hanyalah adaptasi janggal dari novel Wandelin Van Draanen.

Ya, film sederhana ini memang muncul dengan konflik yang biasa-biasa saja. Namun, Robert Reiner, aktor sekaligus director sejumlah film yang berhasil meraih berbagai nominasi penghargaan (The Bucket List, misalnya) mampu menampilkan sebuah kisah yang unik tentang cinta pertama. Gila, tak masuk akal, sarat emosi, dan pada akhirnya melegakan.

Selain menikmati alur film yang memang cenderung datar, melalui film ini penonton disuguhi sejumlah pencerahan. Khususnya untuk tidak memandang rendah pada “kejujuran dan ketegasan”. Tak pelak, kita akan dihadang oleh rasa tidak enak atau kasihan ketika tidak mampu memenuhi keinginan orang lain. Namun, berkata jujur lebih baik. Rasa sakit di awal rasanya cukup sepadan dengan rasa nyaman pada akhirnya daripada menghindar untuk mengatakan yang sebenarnya tetapi sedang merasa berkhianat.

Ada pula beberapa elemen lain yang disematkan pada sela-sela film, misalnya tentang Juli yang suka memanjat pohon ara, paman Juli yang menderita gangguan mental, atau psikologis ayah Bryce yang memengaruhi keluarganya. Tidak mengganggu, justru membuatnya lengkap karena film ini menjadi sebuah tontonan yang kompleks dan sangat manusiawi.

Rumit Karena Komunikasi Rusak

Melalui film ini, saya juga belajar bahwa komunikasi yang terbuka merupakan kunci dari hubungan yang berhasil. Jadi, jika Anda ingin kisah cinta berjalan awet dan lebih tenang, bukalah selalu keran untuk berkomunikasi. Jangan dipendam, apalagi menjadikannya sebagai bahan teka-teki. Sebagian besar yang kita pikirkan biasanya hanya merupakan pantulan dari rasa khawatir, bukanlah yang sebenarnya terjadi.

Begitu pula, ketika berbicara tentang masalah-masalah yang timbul pada saat pacaran (atau rumah tangga), tak jarang terjadi hanya karena kesalahpahaman. Ketika akhirnya berhasil mencapai rekonsiliasi, ternyata penyebabnya cuma sepele. Lha, sudah dilakoni sampai nangis-nangis karena hatinya pedih terluka, kok ya masalahnya hanya seujung kuku (bahkan hampir tidak ada). Haha. Kan, nelangsa nggak guna itu namanya.  Untungnya nggak jadi putus, ya kan? Nah, selamat menonton!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun