Mohon tunggu...
Leni Cahya Pertiwi
Leni Cahya Pertiwi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Penulis Buku Happy Mama

Berharap dengan menulis bisa memberikan manfaat bagi orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Bermain di Sungai hingga Bokong Bolong

23 Juli 2021   23:29 Diperbarui: 25 Juli 2021   04:00 1276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Foto : Anak-Anak Main di sungai (pixabay.com)

Jika hari masih siang, terkadang kami meneruskan perjalanan ke bagian muara sungai. Di sana ada bendungan yang digunakan sebagai irigasi untuk mengairi sawah. Jika musim menanam, airnya akan dibendung lalu dialiri ke sawah-sawah penduduk. Saat musim panen, bendungannya dibuka.

Irigasinya masih sangat sederhana. Sungai dibendung menggunakan papan tebal yang disusun horizontal. Ketinggian bendungan bisa diatur dengan banyaknya jumlah papan.

Kami selalu menantikan musim tanam, sebab sungainya akan dibendung. Saatnya mandi di 'kolam besar'. Berenang dan menyelam hingga mata memerah yang terkadang membuat emak marah.  

Saat bendungan ditutup tidak semua air dialirkan ke sawah.  Masih ada bagian kecil yang tetap mengalir di sungai. Air itu melewati sela-sela papan penahan dan bagian atas bendungan.

Air yang mengalir di sungai ini tidak langsung jatuh ke bawah, seperti air terjun. Namun ada tempat mengalir yang terbuat dari semen, dibuat miring dengan sedikit lekukan. Bentuknya mirip seperti seluncuran.

Nah, seluncuran ini merupakan salah satu tempat favorit bagi saya dan teman-teman. Lumut yang menempel pada semen membuat permukaannya licin, sangat cocok untuk meluncur.

Bermodalkan singlet sebagai baju renang kami meluncur senang. Terkadang, saking asiknya meluncur, kami tidak sadar singlet telah bolong. Gesekannya dengan semen membuat singlet yang tipis jadi sobek. Sembari menahan malu, kami pulang dengan singlet  bolong dibagian bokong.

Aktvfitas lain yang tak kalah menyenangkan adalah menangguk ikan. Saya bersama teman-teman membawa 'tangguk' yang terbuat dari anyaman bambu. Jika tak punya, kami akan 'meminjam' tudung saji yang dialihfungsikan sebagai tangguk.

Kadang kami menangguk secara berkelompok. Tak jarang kami melakukannya sendiri-sendiri. Jika berkelompkk, kami berbagi tugas. Ada yang bertugas sebagai penangguk, yang lainnya bertugas mengaduk-aduk bagian sungai yang dianggap banyak ikannya. Tugas paling ringan adalah menjadi tukang sorak, hehehe.  

Hasil tangkapan biasanya kami bawa pulang ke rumah. Kami masak sendiri atau diserahkan ke orangtua.

Itulah sedikit pengalaman masa kecil menjelajahi sungai di kampung saya.

**

Catatan : Beranyut = Menghanyutkan diri di sungai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun